Jawa Pos

Lebih Untung dengan Produk Hilir

-

MESKI sudah beroperasi selama enam tahun, kesulitan mengganden­g petani masih dirasakan Sirtanio. Alasannya, sulit menemukan petani yang tidak terjerat sistem ijon di Banyuwangi.

Padahal, permintaan beras organik terus meningkat. Pada 2016, penjualan Sirtanio mencapai Rp 2,95 miliar dari 120 hektare lahan dan 148 petani mitra. Mereka berencana meningkatk­an penjualan menjadi Rp 40 miliar dua tahun mendatang. ’’ Tahun ini kami butuh 360 hektare lahan organik siap panen,’’ papar Tessa.

Rata-rata petani di Indonesia hanya punya 0,5 hektare sawah. Belum lagi mereka masih terjerat utang kepada rentenir. Dukungan dari pemerintah daerah juga dirasa kurang. Bahkan, Tessa menilai pemerintah cenderung menyulitka­n gerak mereka merangkul petani organik.

’’Bantuannya kurang tepat sasaran. Misalnya, benih hibrida dan pupuk urea. Artinya, pemerintah menjadikan petani organik kembali nonorganik,’’ terangnya.

Tahun lalu, imbuh Jauhari, mereka kehilangan satu kelompok tani berjumlah 20 orang yang memilih kembali menjadi petani nonorganik. Padahal, mereka sudah mendapat sertifikas­i pertanian organik setelah bertani minimal empat musim (1,5 tahun). Biaya sertifikas­i juga cukup besar, sekitar Rp 35 juta per kecamatan.

Padahal, untuk merekrut dan membina petani, mereka harus melakukan sosialisas­i, pemberian pupuk organik, benih, dan tenaga kerja. ’’Investasi untuk 1 hektare lahan bisa Rp 8–10 juta,’’ imbuh Tessa.

Bergabung menjadi mitra Sirtanio sebenarnya lebih mengun- tungkan karena harga jualnya 30 persen lebih tinggi. Harga jual bisa lebih tinggi karena rantai pemasaran dipangkas sehingga tidak melalui tengkulak.

Selain itu, produktivi­tas lahan pertanian organik terus meningkat. Pupuk organik yang dibutuhkan memang lebih banyak, namun harganya lebih murah. Keuntungan-keuntungan itu tidak bisa dinikmati petani karena terjerat utang modal dengan rentenir. ’’Bukannya tidak mau, tetapi mereka tidak bisa,’’ paparnya.

Bukan hanya beras organik, Sirtanio juga memproduks­i beras hitam tepung, sereal, maupun beras germinasi. Total ada 5 produk hulu dan 3 produk hilir. ’’Produk hilir kami jual sejak 2015 karena marginnya lebih tinggi. Kalau harga beras kan tidak bisa diutakatik lagi,’’ tuturnya. (vir/c19/noe)

 ?? VIRDITA R. RATRIANI/JAWA POS ?? KOMPAK: Dari kiri, Samanhudi (inventor), Shohib Q.D. (COO), A.R. Jauhari (CTO), dan Ahmed Tessario (CEO Sirtanio) melihat kualitas beras organik.
VIRDITA R. RATRIANI/JAWA POS KOMPAK: Dari kiri, Samanhudi (inventor), Shohib Q.D. (COO), A.R. Jauhari (CTO), dan Ahmed Tessario (CEO Sirtanio) melihat kualitas beras organik.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia