Pengecatan Dorong Pertumbuhan UKM
Mural Tonjolkan Ikon Jombang
JOMBANG – Giat pengecatan Pramuka se-Jawa Timur kembali berlanjut. Hari ini Festival Wirakarya Kampung Kelir Pramuka 2017 di zona Jombang bakal dibuka. Total ada enam kwartir cabang (kwarcab) dengan peserta 1.000 orang yang memeriahkan festival di Kota Santri itu.
Lokasi yang menjadi target pengecatan adalah Desa Kauman dan Sambong Santren. Dua kampung yang terbilang padat penduduk tersebut punya banyak tempat usaha. Para peserta Kampung Kelir tidak sekadar mengecat rumah warga. Ada beberapa unit usaha kecil menengah (UKM) yang juga menjadi objek giat pengecatan.
Wakil Ketua Kwarda Gerakan Pramuka Jawa Timur A.R. Purmadi menuturkan, festival itu diharapkan bisa memberikan dampak yang positif, tak hanya soal keindahan dan kebersihan. Namun, juga terjadi pertumbuhan ekonomi warga. ”Pengecatan kampung bisa mendorong pertumbuhan UKM,” katanya.
Pengecatan kampung juga secara tidak langsung akan mendorong warga lebih tertib dalam berjualan. Sebab, lanjut dia, sebagian sempadan sungai sering ditempati pedagang kaki lima.
Selain pengembangan UKM, perangkat desa mengusahakan wilayah mereka berkembang di sektor pariwisata. Setidaknya untuk warga setempat. Karena itu, jumlah tempat strategis untuk mural akan dimaksimalkan. ”Panitia sudah berkoordinasi dengan perangkat desa agar mural tersebut bisa menjadi tempat rekreasi masyarakat,” jelas Andalan Bina Muda Bidang Pandega Putra Kwarcab Jombang Tuntun Ariwibowo.
Kwarda Gerakan Pramuka Jawa Timur optimistis Kampung Kelir bisa membawa perubahan yang signifikan bagi warga Desa Kauman dan Sambong Santren. Apalagi, lokasi kampung tersebut terbilang strategis, di tepi jalan provinsi. ”Kampung kelir ini bisa menjadi ikon Jombang di sepanjang jalan provinsi,” harap Purmadi.
Sebanyak 100 rumah serta usaha kecil di Kota Jombang akan mulai dicat hari ini. Di samping itu, peserta pramuka penegak serta pandega bakal mewarnai 10 gapura, 35 jembatan, dan 6 lokasi hitam dengan mural.
Tuntun selaku ketua tim teknis pengecatan menuturkan, pihaknya telah berkoordinasi dengan warga tentang konsep pengecatan. ”Kami usahakan ikut konsep yang diinginkan warga, tapi juga harus tetap serasi,” ujarnya. Sebab, menurut dia, sebagian besar warga menginginkan rumahnya dicat dengan warna hijau. ”Sesuai dengan identitas Jombang sebagai Kota Santri,” lanjutnya.
Namun, agar Kampung Kelir tetap ter lihat estetis, panitia akan memikirkan kombinasi warna yang pas.. Saran tersebut sudah didiskusikan n dengan warga.
Selain masalah warna, Tuntun ber- harap hiasan cat menonjolkan ikonikon Jombang. Kota santri punya beberapa ikon terkenal. Di antaranya,, Water Cooler Contong, pohon beringin,, dan tokoh sesepuh Kebo Kicak. ”Saya harapkan ketika membuat hiasan mural, peserta bisa mengangkat ikon-- ikon tersebut,” ucap Tuntun.
Dia menjelaskan, ada beberapa tantangan bagi peserta. Pertama, tingkat kelembapan tembok cukup tinggi. Ditambah lagi, lokasinya berada di dekat sungai. Kawasan itu tergenang setinggi lutut bila hujan. ”Semoga cuaca mendukung,” harapnya. Kedua, 70 persen rumah yang akan dicat berusia lebih dari 40 tahun. Peserta harus benar-benar cermat ketika melakukan pengecatan agar tidak merusak bangunan.
Desa Kauman dan Sambong Santren merupakan daerah yang dilewati jalan strategis. Tak heran bila kedua kawasan itu dianggap sebagai urat nadi kota. Beberapa titik yang awalnya dikategorikan sebagai lokasi hitam alias kumuh akan diubah total lewat Festival Wirakarya Kampung Kelir Pramuka. ”Supaya daerah tersebut bisa menjadi tujuan wisata utama di Jombang,” tegas Tuntun. (deb/c24/nda)