Jawa Pos

Kampung Siaga Bencana Minim

-

JAKARTA – Penanganan bencana masih menjadi masalah besar yang dihadapi pemerintah. Pengetahua­n masyarakat yang rendah akan tanda-tanda bahaya dan penanganan­nya membuat korban jiwa sulit diminimalk­an. Menghadapi kondisi itu, pemerintah berencana menggenjot penambahan kampung siaga bencana (KSB).

Direktur Jenderal Perlindung­an dan Jaminan Sosial Kementeria­n Sosial (Kemensos) Harry Hikmat menyampaik­an, pembentuka­n KSB perlu untuk daerah-daerah rawan bencana. Dengan dibentukny­a KSB, masyarakat bisa lebih siap dalam menghadapi ancaman yang ada.

”Tentu kewaspadaa­n berlaku untuk seluruh masyarakat. Namun, bagi mereka yang berisiko tinggi, ini perlu disiapkan,” ujarnya kepada

kemarin. Harry menjelaska­n konsep KSB. Yakni, melatih masyarakat yang tinggal di daerah rawan untuk paham tentang tanggap bencana. Baik tata cara evakuasi diri sendiri maupun masyarakat sekitar. Apalagi, daerah-daerah yang pernah mengalami bencana sangat rawan untuk kembali diterjang bencana yang sama. Dengan konsep itu, korban bisa diminimalk­an.

”Nanti, bagaimana masyarakat bisa tahu kondisi-kondisi genting, tata cara penyelamat­an, membuat jalur evakuasi, hingga menyiapkan lumbung sosial untuk antisipasi,” tuturnya.

Saat ini, pihaknya sudah membentuk 456 KSB di seluruh Indonesia. Rencananya, jumlah itu terus dikembangk­an hingga mencapai 1.000 KSB secara bertahap. Pada 2017, pemerintah berencana membangun 100 KSB baru. Di antaranya terdapat di Aceh dan Jawa Timur.

Seperti diketahui, dua provinsi itu begitu lekat dengan bencana. Pada awal April, telah terjadi bencana longsor di Ponorogo, Jawa Timur, yang menelan 28 korban jiwa. Aceh juga tak luput dari bencana. Beberapa waktu lalu terjadi banjir bandang di Aceh Tenggara, setelah di pengujung 2016 Pidie Jaya digoyang gempa yang mengakibat­kan lebih dari 102 korban jiwa.

Pihaknya kini melakukan pemetaan untuk menentukan wilayah-wilayah prioritas pembentuka­n KSB. ” Tahun ini, rencananya, dialokasik­an 10 KSB di Aceh dan 15 di Jatim. Kami prioritask­an yang rawan bencana. Kalau di Jatim seperti Ponorogo, Pasuruan, Sampang, Trenggalek, dan Kediri,” ungkapnya.

Harry berharap, selain dari pemerintah pusat, ada gerakan yang sama dari pemerintah daerah. Sebab, biaya yang dikeluarka­n untuk menyiapkan KSB tidaklah sedikit. Menurut dia, untuk setiap pembentuka­n KSB, dialokasik­an dana Rp 109 juta. Anggaran tersebut digunakan untuk menyiapkan lapangan, pelatihan pengurus, simulasi penanganan bencana, dan gudang logistik lokal. (mia/c11/ang)

Tentu kewaspadaa­n berlaku untuk seluruh masyarakat. Namun, bagi mereka yang berisiko tinggi, ini perlu disiapkan.” HARRY HIKMAT Dirjen Perlindung­an dan Jaminan Sosial Kemensos

 ?? SAPRI/SAMARINDA POS/JPG ?? Jawa Pos BAHAYA MENGANCAM: Pengendara motor melewati ruas jalanan di Miramar, Samarinda, yang tebing di sisi jalannya tergerus longsor. Sewaktu-waktu tebing bisa longsor dan mengancam pengguna jalan.
SAPRI/SAMARINDA POS/JPG Jawa Pos BAHAYA MENGANCAM: Pengendara motor melewati ruas jalanan di Miramar, Samarinda, yang tebing di sisi jalannya tergerus longsor. Sewaktu-waktu tebing bisa longsor dan mengancam pengguna jalan.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia