Proyek Underpass Harus Cepat
SURABAYA – Pengerjaan proyek jalur bawah tanah ( underpass) Satelit bisa terwujud karena pengembang mau membantu pemkot. Pembangunan itu perlu cepat diselesaikan lantaran bundaran yang menghubungkan Jalan HR Muhammad dan Mayjen Sungkono tersebut sudah tak mampu menampung kendaraan yang melintas
Kemacetan terjadi karena daerah itu merupakan salah satu kawasan bisnis dan hunian yang padat. Salah satu indikatornya adalah v/c (volume/kapasitas) jalan. Jalan yang memiliki v/c ratio sama dengan 1 berarti sesuai dengan kapasistasnya. Apabila v/c rationya lebih tinggi dari angka 1, jalan tersebut pasti macet.
Nah, salah satu titik yang memiliki v/c ratio tertinggi ialah Simpang Bundaran Satelit–Raya Kupang Indah–Mayjen Sungkono. Saat pagi, v/c ratio di kawasan itu mencapai 1,2. Sedangkan ketika sore, v/c ratio naik menjadi 1,3.
Jika underpass tidak segera terselesaikan, v/c ratio ruas jalan tersebut bakal meningkat setiap tahun. Sebab, penambahan kendaraan tidak terbendung. Data dari Dinas Perhubungan (Dishub) Surabaya memperkirakan, v/c ratio kawasan tersebut bisa meningkat hingga 1,4 pada 2018. Sedangkan pada 2023 meningkat hingga 1,9.
Ketua DPD Realestat Indonesia (REI) Jawa Timur Happy Gunawarman menyatakan, pengembang mau menyumbangkan duit karena merasa kemacetan yang terjadi setiap hari itu turut merugikan mereka. ”Kelancaran traffic kan berpengaruh pada pemasaran mereka,” jelasnya.
Happy menerangkan, saat ini sudah ada sepuluh pengembang yang menyumbangkan dana untuk mewujudkan proyek. Dana tersebut terkumpul untuk membayar proyek di 15 persen pertama. Sedangkan saat ini progres proyek sudah mencapai 36 persen. ”Memang menjadi tugas REI untuk menghimpun dana dari para pengembang,” kata dia.
Rencananya REI mengumpulkan dana dari 20 pengembang yang berada di sekitar Bundaran Satelit. Hal tersebut dilakukan agar masalah pembayaran tidak mengganggu kelanjutan proyek. Maklum, kini PT Pembangunan Perumahan (PP) sudah memulai pengerjaan di 15 persen ketiga. Dengan cepatnya pembangunan yang dilakukan kontraktor, Happy memberikan apresiasi. ”Memang mereka terbilang cepat. Setelah menyelesaikan 35 persen ini, kami ditagih. Tapi, masih proses butuh waktu untuk cair,” jelas Happy.
Toleransi yang diberikan PT PP membuat proyek tetap on progress. Bahkan, Happy menyebut PT PP melakukan pekerjaan lebih cepat hingga 3 persen. Namun, dia tidak bisa memaksa para donatur proyek untuk selalu menyediakan anggaran. Apalagi, saat ini kondisi ekonomi dirasa masih lesu. ”Wajar
lah. Karena pebisnis pasti juga menghitung,” lanjut dia.
Manajer proyek underpass Satelit dari PT PP Saleh Hendro memastikan pengerjaan proyek tetap dilakukan meski ketersediaan anggaran agak tersendat. Saat ini pihaknya menerjunkan 40 hingga 50 pekerja untuk menuntaskan proyek. ”Padahal, saat awal-awal dulu bisa sampai 80 orang,” lanjut dia.
Pengurangan jumlah pekerja dilakukan agar arus kas tidak terganggu. Setelah dana untuk 15 persen kedua dicairkan, pihaknya bakal menggenjot lagi pembangunan. Bila dilakukan dengan kekuatan penuh, progres setiap pekan dapat mencapai 1,5 hingga 2 persen. Sedangkan dengan kekuatan yang dipakai saat ini, hanya 1 persen.
Meski agak tersendat, pengerjaan proyek tersebut memiliki kabar gembira. Masalah pendalaman pipa PDAM sempat mengganggu pengerjaan proyek. Pendalaman pipa itu memakan waktu hingga dua bulan. Nah, PDAM tidak jadi memindahkan pipanya. Sebab, mereka hanya melakukan penguatan. ”Ini kabar menggembirakan bagi kita. Jadi tidak kepikiran lagi,” ujar pria asal Klaten itu. (sal/c10/git)