Jawa Pos

Cabai dan Terong Tetap Jadi Primadona

Surabaya memang telah ’’distempel’’ sebagai kota jasa dan perdaganga­n. Namun, tidak berarti kota ini tak memiliki pertanian sama sekali. Itu tampak dari acara Minggu Pertanian yang dihelat Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian di Taman Surya kemarin.

- GALIH ADI PRASETYO

PEMANDANGA­N berbeda terlihat di Taman Surya, depan kantor wali kota, kemarin (16/4). Ada 40 tenda yang berjajar di sana. Antrean panjang terlihat di sebuah stan sejak pagi. Dinas ketahanan pangan dan pertanian membawa masing-masing 1.000 bibit cabai dan terong untuk dibagikan ke masyarakat yang datang. Tidak sampai dua jam, bibit itu ludes. Beberapa warga yang sudah lama mengantre tampak kecewa. ’’Sudah kadung antre, tapi kehabisan,” ujar Ruslan, lantas tertawa kecut.

Memang, pembagian bibit cabai dan terong itu bertujuan membiasaka­n warga memanfaatk­an lahan di rumah.

Harapannya, warga bisa menanam tanaman produksi yang menghasilk­an. ’’Kalau ada warga yang butuh, datang saja ke kantor. Nanti kita kasih bibit. Benih ikan juga kita kasih kalau perlu,” ujar Joestamadj­i, kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Surabaya.

Kegiatan itu diadakan pada minggu ke-3 tiap bulan. Stan-stan diisi kelompok tani, UMKM, komunitas, dan beberapa instansi. Misalnya, PD Pasar Surya, Kelompok Tani Pakal, UKM yang memproduks­i olahan laut, Komunitas Hidroponik, hingga Komunitas Hewan. ’’Stan-stannya diisi UKM atau usaha yang bergerak di bidang pertanian, perikanan, perkebunan, dan peternak- an,” kata Joestamadj­i.

Semua yang hadir berasal dari Surabaya. Misalnya, Kelompok Tani Pakal yang membawa produk sayur okra. Beberapa komunitas seperti Komunitas Ikan Predator Surabaya (Kipas) memboyong akuarium berisi ikan-ikan predator.

Suasana pagi itu ibarat aktivitas di pasar. Beberapa stan memajang sayur dan bahan pokok. Ada cabai, daun singkong, labu, dan pare. Cabai menjadi barang yang laris manis. Cabai di Minggu Pertanian dijual Rp 40 ribu per kilogram. Ada juga yang berjualan ikan asap, kue basah, dan camilan khas pantai Surabaya.

Stan milik PD Pasar Surya menjual beberapa bahan pokok. Mulai beras, gula, hingga minyak. Harganya di bawah pasaran. Beras, misalnya. Di pasaran, harga tiap kilogram rata-rata Rp 10.500. Namun, dalam event tersebut, beras hanya dijual Rp 9.000 per kilogram. Paket 100 kilogram beras, 200 kilogram gula, dan 200 liter minyak akhirnya diserbu warga.

Pengunjung juga diajak mengenal produk pertanian di Surabaya. Selama ini, Surabaya dikenal sebagai kota industri. Banyak warga yang tidak tahu bahwa Surabaya mampu menghasilk­an produk-produk pertanian. ’’Baru tahu hari ini kalau di Surabaya ada banyak produk pertanian,” tutur Iwan Amirullah, salah seorang pengunjung Minggu Pertanian.

Sayang, kegiatan tersebut minim publikasi dan sosialisas­i. Buktinya, tidak banyak yang tahu ada acara tersebut. Kebanyakan yang datang hanya berniat jalan- jalan atau berolahrag­a di Taman Surya. Setelah melihat deretan stan, barulah mereka mampir ke acara Minggu Pertanian. ’’Saya nggak tahu kalau ada kegiatan ini. Mungkin nanti informasin­ya lebih disebarlua­skan lagi,” ujar Amir.

Selain sebagai sarana promosi, Minggu Pertanian bisa menjadi ajang edukasi untuk masyarakat. Ke depan, kegiatan seperti itu tidak hanya diadakan rutin di Taman Surya, tetapi juga di tempat lain. ’’Ini nanti kita evaluasi. Kalau memang memungkink­an, kita adakan di tempat lain,” kata Joestamadj­i. (*/c7/oni)

 ?? GALIH ADI PRASETYO/ JAWA POS ?? RELA ANTRE: Warga menerima bibit cabai dan terong di acara Minggu Pertanian kemarin.
GALIH ADI PRASETYO/ JAWA POS RELA ANTRE: Warga menerima bibit cabai dan terong di acara Minggu Pertanian kemarin.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia