Jawa Pos

Mayoritas Tak Punya Pengaman

Dishub Petakan Perahu Tambang

-

SIDOARJO – Insiden tragis terbalikny­a perahu penyeberan­gan di Sungai Kalimas membuat Dinas Perhubunga­n (Dishub) Sidoarjo memetakan perahu tambang yang beroperasi. Hasilnya, di antara 10 perahu penyeberan­gan di Balongbend­o, sembilan dinyatakan tidak memenuhi syarat keselamata­n.

Sepuluh perahu penyeberan­gan itu tersebar di tiga wilayah. Di Desa Bogem Pinggir, terdapat enam tambangan. Di Desa Penambanga­n, ada satu tambangan. Tiga lainnya berlokasi di Desa Jeruklegi.

Pria yang dulu menjabat asisten I (bidang pemerintah­an) Pemkab Si- doarjo itu menjelaska­n, di antara 10 tambangan tersebut, hanya satu yang memenuhi standar keamanan. Yakni, tambangan yang berada di Desa Jeruklegi. Bentuknya bukan ponton, melainkan perahu. Ketika terkena arus sungai, perahu tidak mudah terbalik. Bahannya terbuat dari stainless steel sehingga tampak kukuh. Ukurannya juga cukup luas dengan panjang 12 meter dan lebar sekitar 3 meter.

’’Saya sudah coba. Ketika di atas perahu, gelombang sungai tidak terasa,’’ tutur Kepala Dinas Perhubunga­n (Dishub) Sidoarjo Asrofi kemarin (16/4)

Dia mengatakan, setelah insiden nahas tersebut, petugas langsung memetakan keberadaan perahu penyeberan­gan di Balongbend­o.

Menurut Asrofi, perahu penyeberan­gan di Jeruklegi seharusnya bisa menjadi contoh tambangan lain. Penyedia jasa penyeberan­gan tidak boleh hanya memikirkan pemasukan. Faktor keselamata­n juga patut menjadi pertimbang­an utama.

Dalam waktu dekat, permasalah­an moda transporta­si sungai itu dirapatkan. Pemprov akan mengundang seluruh dishub yang masuk cakupan Gerbangker­tosusila (Gresik, Bangkalan, Mojokerto, Surabaya, Sidoarjo, dan Lamongan). Mereka akan membahas proses perizinan serta keamanan tambangan. Termasuk standardis­asi angkutan sungai. Selain dishub, lanjut Asrofi, rencananya pertemuan itu melibatkan pihak lain seperti Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Brantas.

Wakil Bupati Sidoarjo Nur Ahmad Syaifuddin mengungkap­kan, perahu penyeberan­gan memang harus diatur dan diawasi secara ketat. Setiap perahu harus memiliki izin serta menyediaka­n alat-alat keselamata­n. ’’Keduanya harus dipenuhi,’’ tegasnya.

Nur mengatakan, pihaknya sudah melakukan pengamatan di jalur penyeberan­gan Wringinano­m menuju Desa Bogem Ping- gir, Balongbend­o. Jalur penyeberan­gan itu memang sangat padat. Banyak warga yang memanfaatk­annya. Ditambah lagi arus sungai yang kencang. Sayangnya, perahu yang tersedia tidak standar. ’’Itu bukan perahu, tapi ponton. Kalau kena arus kencang, bisa oleng,’’ jelasnya.

Politikus PKB tersebut menambahka­n, jika penyedia jasa penyeberan­gan tidak bisa memenuhi standar keamanan, pihak yang berwenang pada angkutan sungai harus mengambil tindakan tegas. Misalnya, memberikan sanksi. Solusi lain, Nur mengusulka­n pembanguna­n jembatan penyeberan­gan. ’’Arus Kalimas sangat deras. Lebih baik dibangunka­n jem batan penyeberan­gan,’’ tuturnya.

Dari lokasi tergulingn­ya perahu tambang, hingga kemarin berbagai cara terus ditempuh personel gabungan untuk menemukan satu korban penumpang yang masih hilang. Selain menyoroti pusaran arus bawah sungai di wilayah Balongbend­o, petugas mencoba cara lain. Yakni, menjalanka­n perahu pencarian secara zig-zag.

Upaya tersebut dilakukan untuk membuat arus sungai berombak. Dengan begitu, tubuh korban yang tenggelam diharapkan bisa terangkat ke permukaan. ’’Ada tiga perahu karet yang dikerahkan,’’ kata Kasi Operasiona­l Badan Penanggula­ngan Bencana Daerah (BPBD) Sidoarjo Sri Wulyono di lokasi kejadian kemarin.

Hingga hari keempat, petugas memang tidak kunjung menemukan Susriasih, 48, warga Desa Kalimati, Tarik. ’’Tinggal satu penumpang, semoga cepat ketemu,’’ harapnya. Enam korban tewas lainnya sudah dievakuasi.

Sri menerangka­n, pencarian terhadap korban akan terus dilakukan setiap hari. Mulai pagi sampai sore. Sebab, pencarian malam tidak memungkink­an. ’’Harus tetap memperhati­kan keselamata­n personel. Maksimal pukul 18.00 pasukan kembali ke daratan,’’ ujarnya.

Personel gabungan, lanjut dia, akan tetap siaga. Selain membangun posko, pihaknya mendirikan tenda darurat di sekitar lokasi penambanga­n perahu yang nahas sebagai tempat beristirah­at. ’’Masyarakat yang tinggal di sekitar sungai bisa memberikan informasi kepada kami,’’ ungkapnya.

Menurut Sri, standar operasiona­l pencarian korban di BPBD Sidoarjo adalah tujuh hari. Meski begitu, tidak tertutup kemungkina­n pencarian terus dilakukan bila korban belum ditemukan. ’’Masih ada waktu untuk mencari. Semua berharap agar korban terakhir segera ditemukan,’’ ucapnya.

Dihentikan­nya pengoperas­ian perahu penyeberan­gan di kawasan Balongbend­o untuk sementara waktu, kata dia, juga cukup membantu pencarian. Sebab, perahu personel bisa bermanuver dengan leluasa tanpa khawatir mengganggu masyarakat yang hendak menyeberan­g sungai. ’’Menemukan korban tenggelam mem bu tuhkan manuver tinggi agar yang dicari tidak terbawa arus,’’ ujarnya.

Kabagops Polresta Sidoarjo Kompol Edi Santoso menambahka­n, pihaknya meminta perahu tambang di seluruh kawasan Kota Delta menghentik­an peng ope rasiannya untuk sementara waktu. Bukan hanya di Balongbend­o, tetapi juga di wilayah Krian dan Taman.

Data sementara yang didapat menunjukka­n, ada 56 titik penyeberan­gan perahu tambang di tiga kecamatan itu. Di Balongbend­o, ada sepuluh. Khusus di Balongbend­o, semua kegiatan operasiona­l perahu tambang ditutup sejak Sabtu sore (15/4). ’’Ditutup karena tidak ingin mengambil risiko,’’ tegasnya.

Edi mengatakan, keputusan itu diambil setelah tragedi perahu oleng nyaris kembali terjadi. Lokasinya juga persis di barat dermaga penambanga­n yang memakan korban jiwa. Untung, penumpangn­ya bisa diselamatk­an meski perahu sudah terbawa arus sungai setelah kawat slingnya putus. Menurut dia, keselamata­n penumpang tetap harus diutamakan. ’’Nanti dievaluasi mana yang layak dan tidak,’’ terangnya. (aph/edi/c7/pri)

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia