Polisi Larang Penyeberangan Beroperasi
Setelah Terjadi Tragedi Dua Kali
GRESIK – Jangan sampai terulang tragedi tambangan yang merengut enam nyawa di perbatasan Sidoarjo dan Gresik pada Kamis (13/4). Setelah terbukti membahayakan keselamatan, Polsek Wringinanom bersama anggota forum pimpinan kecamatan (forpimka) setempat melarang semua perahu tambangan beroperasi.
”Sementara kami minta operasional perahu penyeberangan dihentikan,” ujar Kapolsek Wringinanom AKP Rudi Hartono kemarin (16/4).
Dia menyebutkan, Forpimka Wringinanom mendata, ada enam lokasi perahu penambangan di sepanjang Kalimas yang berada di wilayah Kecamatan Wringinanom. Dalam waktu dekat, muspika mengumpulkan pemilik perahu penambangan untuk membuat komitmen bersama.
”Kesepakatan bersama itu, antara lain, terkait komitmen keselamatan penumpangnya. Selama ini ada dugaan para pemilik perahu mengabaikannya,” imbuh Rudi.
Perahu penyeberangan bisa kembali beroperasi bila pemilik memperbaiki standar keselamatan ( safety). Misalnya, ketersediaan pelampung ( life guard), kelaikan perahu sesuai dengan standar nasional Indonesia (SNI). Lalu, tali pengaman perahu dobel di kanan dan kiri. Jam operasional juga dibatasi sampai pukul 17.00.
”Selama ini jam operasional dimulai pukul 04.30 hingga 23.30. Keselamatan penumpang pun terabaikan,” tegasnya.
Menurut Rudi, selama ini aparat keamanan maupun pemerintah kecamatan tidak cawe-cawe dalam operasional perahu penyeberangan itu. Apalagi, sebagian besar pemilik perahu adalah orang Sidoarjo.
Lebih-lebih, mayoritas pengguna jasa penyeberangan tersebut adalah masyarakat luar Gresik. Mereka menggunakan jasa penyeberangan itu untuk bekerja di Gresik. Alasannya, waktu tempuh lebih singkat daripada jalan darat.
Sebagai ilustrasi, banyak pekerja pabrik sepatu di Wringinanom yang merupakan orang Balongbendo, Sidoarjo. Mereka memilih perahu penyeberangan karena perjalanan tidak lebih dari 5 menit. Ongkosnya pun hanya Rp 2 ribu sekali nyeberang. Bila jalur darat, mereka harus memutar hingga lebih dari 12 kilometer. Bahan bakarnya pun lebih banyak.
Ketua Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Gresik Abu Hasan sependapat dengan langkah Forpimka Wringinanom. ”Keselamatan harus diutamakan,” ujarnya.
Dia mencontohkan, perahu penyeberangan di sepanjang Driyorejo lebih aman jika dibandingkan dengan di Wringinanom. ”Bahkan, ada perahu
full musik. Jadi, bisa menjadi sarana wisata,” ungkap Abu Hasan kemarin.
Sebelumnya diberitakan, masyarakat Gresik dan Sidoarjo berduka. Sebanyak 12 penumpang dan 7 motor tercebur ke sungai saat menyeberang dengan perahu tambangan pada Kamis (13/4). Akibatnya, 6 orang meninggal, 5 selamat, dan 1 penumpang belum ditemukan hingga kemarin (16/4).
Penumpang yang belum ditemukan tersebut bernama Susriasih, asal Tarik, Sidoarjo. Pada Sabtu (15/4), tragedi perahu penyeberangan nyaris terjadi lagi bila tidak ada tim SAR.
Perahu milik Suntoro, 76, warga Sidoarjo, hanyut karena tali tamparnya putus. Saat itu perahu mengangkut 7 penumpang dewasa, 1 anak-anak, dan 5 kendaraan bermotor. Setelah kejadian tersebut, Polres Sidoarjo dan Muspika Wringinanom sepakat menghentikan sementara semua operasional perahu penambangan di wilayahnya. (yad/c24/roz)