Hadiah Sembako sampai Sapi
Fenomena Brexit dan Donald Trump
BAGI- bagi bingkisan masih dipercaya pasangan calon gubernur DKI Jakarta untuk memengaruhi keputusan pemilik suara.
Kemarin (17/4), dua hari menjelang coblosan besok (19/4), aksi-aksi bagi sembako marak di sejumlah wilayah DKI.
Masykuruddin Hafidz, ahli dari Jaringan Pendidikan Pemilih untuk Rakyat (JPPR), mengungkapkan adanya fenomena itu. ”Tentu saja ini membuat situasi memburuk. Penyelenggara harus tegas, tanpa pandang bulu,” ucapnya.
Padahal, sambung Masykuruddin, masyarakat belum tentu termakan ajakan pihak-pihak yang melancarkan politik uang. ”Mereka tidak memberikan pendidikan yangbaik. Masyarakatharuscerdas.”
Juru bicara Ikatan Alumni Universitas Indonesia (Iluni UI) Ivan Ahdi menyatakan, masyarakat sudah cukup dewasa dan tahu seluk-beluk pertarungan di pilgub DKI. Bagi dia, politik uang belum tentu berdampak hebat di DKI.
Tetapi, pihaknya melihat keadaan saat ini sebagai gambaran potensipotensi kecurangan. Tidak tertutup kemungkinan ada upaya-upaya lain. Karena itu, Iluni UI mengambil langkah konkret turut mengawal hasil coblosan bersama kawalpilkada.id.
Berdasar data Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu), sejak satu minggu lalu, tercatat banyak temuan dan laporan aksi bagi-bagi sembako. Ketua Bawaslu DKI Mimah Susanti menyebutkan, kegiatan itu banyak dilakukan pasangan nomor urut 2 (Basuki T. PurnamaDjarot Saiful Hidayat). ”Di Pulau Seribu bahkan dibagikan 17 sapi,” kata Mimah kepada Jawa Pos saat dimintai konfirmasi kemarin.
Mimah mengungkapkan, mo- dus bagi-bagi sembako beragam. Misalnya dengan menggelar pasar murah. Seandainya sembako dijual dengan harga normal, tentu tidak ada masalah. Namun, yang terjadi, sembako dijual dengan harga yang jauh di bawah harga pasar. Menurut dia, pengaduan aksi bagi-bagi sembako terus diterima Bawaslu. ”Kami terus menerima laporan dan berkoordinasi dengan kepolisian. Ini tidak boleh diteruskan.”
Tingkat penggunaan gadget yang tinggi di Jakarta membuat aksi bagi-bagi sembako dan hadiah itu cepat menyebar. Dalam masyarakat yang kian kritis, hal itu malah kontraproduktif bagi pasangan calon yang membagikan bingkisan. Sebagaimana ungkapan: terima bingkisannya; mana yang dicoblos, sesuai hati nurani. (riz/ydh/c9/ang)