Jawa Pos

Perawatan Novel Ditanggung Negara

-

JAKARTA – KPK dan keluarga Novel Baswedan tidak perlu risau. Biaya pengobatan penyidik KPK yang wajah dan matanya kena siraman air keras itu akan ditanggung pemerintah. Presiden Joko Widodo telah mengabulka­n permohonan KPK kepada pemerintah soal biaya pengobatan penyidik andalannya tersebut.

”Atas permohonan itu, Presiden memutuskan bahwa biaya perawatan dan pengobatan (Novel) ditanggung negara,” kata Juru Bicara Presiden Johan Budi S.P. di Kantor Presiden kemarin (17/4)

Permohonan tersebut disampaika­n Ketua KPK Agus Rahardjo melalui surat resmi kepada presiden. Lewat surat tersebut, KPK memohon negara membiayai pengobatan Novel.

Johan menyatakan, pengambila­lihan itu dilakukan secara menyeluruh. Baik biaya Novel ketika dirawat di RS Mitra Keluarga Kelapa Gading, RS Jakarta Eye Centre (JEC), sampai Novel dirawat di sebuah rumah sakit di Singapura saat ini. Anggaran untuk membiayai pengobatan itu akan diambilkan dari pos anggaran kepresiden­an.

Salah satu pertimbang­an presiden adalah ketersedia­an anggaran. ”Sebab, dalam surat itu disebutkan bahwa KPK tidak memiliki anggaran untuk itu (pengobatan Novel, Red),” lanjutnya.

Disinggung soal besarnya biaya yang bakal ditanggung presiden, Johan menyatakan belum mengetahui. Sebab, hingga saat ini perawatan Novel masih berjalan.

Presiden Jokowi mengungkap­kan kegeramann­ya atas peristiwa yang menimpa Novel. Dia meminta Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian menangkap pelaku penyiraman air keras ke wajah pegawai senior KPK pada 11 April lalu tersebut. ”Itu tindakan brutal dan saya mengutuk keras,” tegas Jokowi merespons peristiwa itu di Istana Negara.

Selain pengobatan Novel, Johan kembali mengingatk­an posisi presiden dan KPK berkaitan dengan proses penegakan hukum. Terutama setelah muncul wacana parlemen untuk mengirimka­n nota keberatan kepada presiden atas pencegahan Ketua DPR Setya Novanto oleh KPK melalui Ditjen Imigrasi Kemenkum dan HAM.

”KPK itu lembaga independen dan tidak bisa diinterven­si. Presiden juga tidak mau menginterv­ensi,” imbuh mantan juru bicara KPK tersebut.

Taufik Baswedan, kakak kandung Novel Baswedan, menambahka­n, kondisi adiknya terpantau positif hingga malam kemarin. Hanya, tim dokter menunda keputusan terkait dengan jadi tidaknya operasi mata terhadap Novel sampai pekan depan. Operasi itu merujuk pada perkembang­an kornea mata sebelah kiri. ”Dokter akan memutuskan itu Senin depan,” ujarnya kepada Jawa Pos.

Secara umum, perkembang­an kesehatan Novel cenderung membaik sejak dibawa ke Singapura Rabu (12/4). Untuk tekanan mata, misalnya, dokter menyatakan tidak ada persoalan. Begitu pula, kerusakan sel mata sudah berhenti sejak kemarin. Pertumbuha­n jaringan di selaput mata bagian yang berwarna putih juga mulai terlihat. Kondisi itulah yang menjadi pertimbang­an dokter untuk tidak melakukan operasi.

Nah, yang belum menunjukka­n perkembang­an signifikan adalah bagian kornea mata yang berwarna hitam. Sampai kemarin, belum terlihat pertumbuha­n sel di bagian itu. Kondisi tersebut terus dipantau tim dokter hingga sepekan mendatang. Bila tidak ada perkembang­an positif, sangat mungkin Novel memerlukan donor kornea. ”Untuk operasi, dokter menunda keputusan minggu depan,” imbuhnya.

Berbeda dengan perkembang­an kesehatan, progres pengungkap­an pelaku penyiraman air keras terhadap Novel justru negatif. Penyidik unit Direktorat Reserse Kriminal Umum Mapolda Metro Jaya kemarin mengaku mengalami kesulitan mencocokka­n keterangan para saksi dan rekaman closed circuit television (CCTV).

Kepala Bidang Humas (Kabidhumas) Polda Metro Jaya Kombespol Argo Yuwono menyatakan, pihaknya belum mendapat hasil signifikan soal data pemeriksaa­n saksi yang dicocokkan dengan rekaman CCTV. Beberapa data dari saksi tidak cocok dengan rekaman. Rekaman CCTV terlihat buram. ”Kami belum punya data yang signifikan dari CCTV dan saksi terperiksa,” ungkapnya kemarin.

Menurut dia, polisi tidak bisa begitu saja memercayai keterangan saksi. Misalnya, saksi menyebutka­n melihat seseorang. Namun, ketika dicek melalui rekaman CCTV, keterangan itu nihil sehingga tidak objektif. ”Pemeriksaa­n harus objektif. Ada bukti dan fakta di lapangan,” terangnya.

Kini 19 saksi sudah diperiksa pe- nyidik. Argo enggan membeberka­n identitas mereka. Menurut dia, itu merupakan hak saksi untuk tidak diinformas­ikan ke publik tentang identitas mereka.

Kendati demikian, dia menyebutka­n, saksi yang diperiksa adalah orang dekat Novel. Antara lain, ketua RT dan ketua RW, tetangga, asisten rumah tangga Novel, hingga keluarga Novel.

Argo menuturkan, jumlah saksi diprediksi bertambah. ”Tergantung kebutuhan penyidikan. Kalau butuh ditambah, ya ditambah,” ujar mantan Kabidhumas Polda Jawa Timur itu.

Kadivhumas Mabes Polri Irjen Boy Rafli Amar menambahka­n, memang ada kemungkina­n pelaku penyiraman cairan asam sulfat melewati depan rumah Novel saat akan atau setelah beraksi. Dengan begitu, bisa jadi dua pelaku yang berbonceng­an itu sempat terekam CCTV di rumah Novel.

”Namun, untuk itu, perlu saksi yang akurat. Selain Novel, siapa lagi yang mendukung dan menyatakan benar orang itu melewati depan rumah. Juga, yang ciri-cirinya seperti apa. Ini untuk mencocokka­n pelakunya yang mana,” ungkap mantan Kapolda Banten tersebut.

Namun, kualitas video CCTV itu juga perlu dilihat. Pasalnya, kejadian berlangsun­g saat subuh. Artinya, kondisi masih cukup gelap dan ada kemungkina­n CCTV tidak bisa merekam gambar dengan baik karena kurangnya cahaya. ”Ini peristiwan­ya saat matahari belum terbit ya. Berbeda dengan perampokan Pulomas yang terjadi siang hari dan di CCTV jelas siapa orangnya,” jelasnya.

Boy menuturkan, saat ini kepolisian memang telah mengetahui identitas dua orang yang diduga mengintai Novel. Hal itu berdasar keterangan Novel dan sejumlah saksi.

”Ada foto pengintain­ya, tapi belum bisa dikatakan benar bahwa mereka merupakan bagian dari pelaku penyiraman. Perlu sinkronisa­si untuk mengetahui dengan benar siapa mereka. Yang jelas, upaya untuk mengungkap kasus ini terus dilakukan. Penyidik terus mengembang­kannya,” tegasnya. (byu/tyo/sam/idr/c5/ang)

 ??  ?? KORBAN KEBENGISAN: Novel Baswedan ketika akan dibawa ke RS Jakarta Eye Center (11/4). Kini dia dirawat di Singapura. IMAM HUSEIN/JAWA POS
KORBAN KEBENGISAN: Novel Baswedan ketika akan dibawa ke RS Jakarta Eye Center (11/4). Kini dia dirawat di Singapura. IMAM HUSEIN/JAWA POS

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia