Jawa Pos

Sempat Dilarang Satpol PP Gelar Buku

Puluhan buku berjajar di atas kain hitam yang mereka bentang di halaman Kantor Gubernur Jambi pagi itu. Beberapa orang yang melintas terkadang singgah sebentar.

- YANI TAYIB, Kota Jambi

DI atas kain hitam itu, bukan hanya puluhan buku yang berjajar. Ada juga spanduk yang bertulis Lapak Baca Buku Gratis. Dijaga beberapa anak muda yang berstatus mahasiswa, buku-buku tersebut dipinjamka­n untuk dibaca.

”Baca-baca bukunya, mau pinjam bawa pulang juga boleh,” kata Gusti dan teman komunitasn­ya saat ada pengunjung yang melihat lapak baca mereka.

Sejak Oktober, Gusti dan temannya yang tergabung dalam Komunitas Jari Menari resmi membuka lapak baca. Mungkin, sebagian orang beranggapa­n buku itu dijual. Ternyata, kehadiran lapak baca gratis tersebut menjadi cara mereka untuk mengajak masyarakat gemar membaca.

Melihat minat baca masyarakat saat ini yang rendah, Gusti menggerakk­an Komunitas Jari Menari melalui devisi baca untuk membuat lapak tersebut. Lapak baca dibentuk atas keinginan untuk membangun minat baca di masyarakat.

Meski gratis, lapak baca tidak sertamerta selalu ramai dikunjungi. Tak begitu banyak orang yang mampir untuk membaca buku di lapak baca. Beberapa orang yang melintas di lapak baca terkadang bertanya, apakah bukubuku tersebut dijual.

”Pertama buka itu gak ramai dan gak sepi juga. Padahal, kami sudah memasang spanduk baca buku gratis,” ungkap Gusti.

Sayang, tak banyak yang membaca spanduk itu. Masyarakat menyangka, Komunitas Jari Menari hanya berju alan buku.

Puluhan buku di lapak baca merupakan koleksi Komunitas Jari Menari. Selain asli milik anggota komunitas, ada beberapa buku yang didapat dari sumbangan masyarakat. ”Mereka yang menyumbang buku kami terima dengan senang hati,” jelasnya.

Buku-buku itu, terang Gusti, terdiri atas novel, buku sosial, agama, hingga bacaan anak-anak. Semua tersedia di lapak baca yang selalu ada setiap Minggu di halaman Kantor Gubernur Jambi. Hanya, kebanyakan pengunjung yang singgah memilih membaca novel dan buku agama. ”Kadang ada ibu-ibu yang memilih buku agama. Ada juga novel,” terangnya.

Selain membaca di tempat, ada beberapa pengunjung yang memilih meminjam buku untuk dibaca di rumah. Untuk model satu ini, pengujung cukup me- ninggalkan alamat dan nomor telepon. ”Kalau pinjam buku, kami pakai prinsip saling percaya saja,” ujarnya.

Meski dipersilak­an meminjam buku secara gratis, selalu saja ada ulah peminjam yang merepotkan. Misalnya, tidak mengembali­kan buku pinjaman. ”Dihubungi nggak direspons, dicari alamat rumahnya nggak ketemu,” ungkapnya.

Bahkan, beberapa waktu lalu, komunitas itu sempat dilarang membuka lapak di tempat tersebut. Peraturan pemerintah yang melarang pedagang berjualan di halaman kantor gubernur berimbas kepada Komunitas Jari Menari. Mereka sempat dilarang membuka lapak baca di sana.

”Dikira kami jualan buku, jadi sempat dilarang. Namun, kami komunikasi­kan dengan satpol PP kalau kami tidak jualan,” ucap Gusti. Hasilnya, Komunitas Jari Menari diizinin lagi menggelar koleksi bukunya. (*/JPG/c21/diq)

 ??  ?? YANI TAYIB/JAMBI EKSPRES/JPG GRATIS: Komunitas Jari Menari membeber koleksi buku di halaman kantor gubernur Jambi Minggu (16/4).
YANI TAYIB/JAMBI EKSPRES/JPG GRATIS: Komunitas Jari Menari membeber koleksi buku di halaman kantor gubernur Jambi Minggu (16/4).

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia