Pantau Bakat dan Asah Mental via Pencak Dorr
Latih tanding dan kejuaraan daerah rutin menjadi medium Pengcab Pertina Blitar untuk menyaring petinju berbakat. Juga manfaatkan arena pertarungan bebas untuk pantau bakat.
KERIUHAN terdengar dari aula KONI Kabupaten Blitar pada Minggu pagi (9/4). Puluhan anak bergantian naik ring, beradu teknik pukulan dan hindaran. Suara mereka bercampur dengan instruksi pelatih serta lontaran dukungan orang tua dan teman yang mendampingi.
’’Beginilah suasana di sini tiap ada sparing. Minimal kami adakan dua kali sebulan,’’ kata Ketua Pengcab Kabupaten Blitar Miftakhul Khoirudin.
Yang terlibat dalam latih tanding itu adalah petinju yang tergabung dalam Puslatcab Junior. Mereka bakat-bakat muda yang disaring dari 22 sasana aktif di bawah Pengcab Kabupaten Blitar.
’’Setiap tahun kami juga men- yelenggarakan kejurda (kejuaraan daerah) se-Blitar Raya,’’ jelas Miftakhul yang lebih akrab disapa Stack Poncogati.
Jadilah pembinaan petinju nonbayaran di Blitar bergeliat kencang. Pada saat tinju amatir Jawa Timur miskin prestasi, Blitar malah terus menelurkan bakat.
Sekarang saja ada 125 petinju yang terdaftar di bawah Pengcab Pertina Blitar. Mayoritas berusia 12–17 tahun. Sebanyak 53 di antara mereka tergabung dalam Puslatcab Junior.
Sebuah catatan tak main-main mengingat Pengcab Pertina Kabupaten Blitar baru berdiri pada Juni 2011. Sejauh ini komitmen dan kerja keras mereka juga telah membuahkan jejak prestasi.
Tahun lalu, misalnya, dalam dua kejuaraan daerah junior, Piala Wali Kota Batu dan Piala Bupati Tulungagung, para wakil Kabupaten Blitar total memboyong delapan medali ( lihat grafis).
Dalam Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) Jatim 2015, tiga petinju binaan Kabupaten Blitar juga berprestasi. Masing-masing Agung Setiawan (69 kg) yang mendapat emas dan dua rekannya, Nur Kholis (64 kg) serta Eka Satria (56 kg) yang memperoleh perunggu.
’’Sayang, meski berprestasi, mereka tidak mendapat undangan mengikuti puslatda. Tapi, kami terus berusaha memotivasi mereka,’’ tegas pelatih Puslatcab Pertina Kabupaten Blitar Yuli Purnomo.
Semua prestasi itu tentu tidak diraih dengan mudah. Dibutuhkan kerja keras menghadapi segala hambatan. Dana terbatas, menjaga rutinitas ajang pembinaan, hingga meyakinkan orang tua agar merelakan anak-anak mereka berlatih tinju adalah sebagian aral yang harus dihadapi.
’’Untuk Puslatcab Junior, contohnya, hanya dianggarkan Rp 75 juta untuk kami. Tapi, alhamdulillah cukup,’’ kata Stack yang pernah menyandang juara kelas welter junior versi ATI (Asosiasi Tinju Indonesia).
Puslatcab itu sejatinya diadakan sebagai persiapan porprov yang sedianya dihelat tahun ini. Meski kemudian diundur sampai 2019, terang Stack, harus tetap jalan untuk menjaga semangat para petinju.
Untuk menguatkan mental tanding, para petinju Blitar dari berbagai usia juga terjun di Pencak Dorr. Ini semacam arena pertarungan bebas yang populer di kawasan eks Karesidenan Blitar. Para petarung yang tampil berlatar belakang berbagai disiplin bela diri.
Tiap bulan biasanya dihelat dua kali. Para petarung yang tampil berlatar belakang berbagai disiplin bela diri.
Dari ajang yang terbuka bagi siapa saja itupulabakat-bakatmudadipantau. Sebab, biasanya petarung yang baguspunyadasar-dasarbeladiriyang mumpuni, termasuk tinju.
Tapi, setelah terpantau dan tergabung dalam puslatcab pun petinju tetap dibebaskan untuk berpartisipasi. Namanya pertarungan bebas, tentu sangat berisiko.
Lalu, bagaimana kalau mereka cedera? ”Ya, itu risiko. Semua petinju yang ikut Pencak Dorr tahu itu,” kata Stack.
Pengcab Pertina Kabupaten Blitar pun memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk menggenjot kemampuan para petinju. ’’Di tahun 2017 ini memang kami fokuskan untuk pembinaan anak usia di bawah 15 tahun untuk menyiapkan jenjang prestasi masa depan mereka. Selain teknik, kami menanamkan jiwa kedisiplinan dan intelektualitas,’’ jelas Stack. (nic/c5/ttg)