Jawa Pos

Dirigen Bisa Jadi Kunci

-

MENGUBAH kebiasaan menyalakan flare di dalam stadion memang bukan perkara gampang. Sebab, ada kebahagiaa­n dan kemeriahan yang harus ditanggalk­an. Tapi, atas nama cinta, tentu semua itu pasti bisa dilakukan. Itu pula yang ingin dan harus dijalankan Bonek.

Demi sebuah cinta bernama Persebaya Surabaya, mereka siap menepikan kesenangan yang lahir dari flare. Bonek tidak mengingink­an kesebelasa­n kebanggaan­nya merugi akibat denda yang timbul karena flare.

Bonek di tribun utara atau Green Nord 27 dan yang di tribun selatan alias Tribun Kidul terus melakukan kampanye untuk tidak menyalakan flare di dalam stadion. Dirigen dua tribun tersebut pun menjadi kunci. Selain tampil menjadi motor kampanye karena lebih dikenal para Bonek, mereka yang mempunyai kendali saat berada di dalam stadion.

Jika dirigen di tiap-tiap tribun bisa memimpin para Bonek untuk terus berkreasi, kemungkina­n munculnya nyala flare bisa diminimalk­an. Dan, peran itu pun disadari para dirigen Bonek.

Ali Akbar, misalnya. Dirigen Tribun Kidul tersebut menegaskan, dirinya dan kawan-kawan terus mengampany­ekan larangan itu dari satu komunitas ke komunitas lain. ’’Dari sini kami berharap, jika ada yang menyalakan flare, dulur lainnya secara otomatis mengingatk­an. Wong ini sama-sama demi kebaikan Persebaya,’’ ucapnya.

Ali menambahka­n, untuk meredam ”niat” menyalakan flare, dirinya dan kawan-kawan akan mempersiap­kan bentuk kreativita­s lain saat di atas tribun. Entah giant flag seperti saat laga Homecoming Game 19 Maret lalu maupun aksi kreatif lainnya. ”Kami juga akan terus bernyanyi sepanjang laga biar tidak ada kesempatan nyalain flare,’’ ungkapnya.

Hal senada dipaparkan Syaiful Antoni. Dirigen tribun utara itu tidak memungkiri dirinya kecewa dengan adanya regulasi itu. ”Tapi, karena ini sudah menjadi regulasi, mau tidak mau harus diterima. Dulur-dulur kami pasti memahami itu dan legawa,” katanya.

Meski begitu, Bonek berharap manajemen juga turut bergerak. Bonek tidak ingin kesalahan menyalakan flare selalu dibebankan kepada suporter. ’’Di dalam stadion itu puluhan ribu orang dan tentu tidak mudah untuk mengendali­kannya. Jadi, manajemen dan keamanan harus pandai-pandai menggeleda­h barang bawaan suporter. Jadi, kami bergerak, manajemen juga bergerak,’’ ujarnya. ( rid/c17/fim)

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia