Rajin Nabung Jelang Pertandingan
Akbar Sufiyansyah, ’’Si Bonek Eksekutif’’
KATA mamanya, Akbar pada dasarnya anak baik dan penurut. Tapi, entah kenapa, kalau sudah urusan Bonek, Akbar mendadak nekat dan ambisius. Pada hari wisudanya sebagai lulusan ATKP kemarin (17/4), Akbar ditemani sang mama, Eny Tri Leksono, serta calon istri, Meirisya Ranti Rafflesia. Sang ayah, Ruslan, tutup usia pada 2000.
Contoh kebonekan Akbar terjadi pada Januari 2010. Ketika itu, Persebaya berlaga ke kandang Persib Bandung. Akbar tiba-tiba menyelinap dan hilang dari rumah. Dia menuju Stasiun Surabaya Kota (Semut). Sepulang kerja, Eny tidak menemukan anak sulungnya itu di rumah mereka di Jalan Demak.
Akbar menyebut dirinya sebagai ’’Bonek eksekutif’’ yang selalu tertib dan taat aturan. Dia punya tiket pertandingan dan naik kereta yang disediakan Pemkot Surabaya. ’’Jadi, sebenarnya saya tidak nggandol,’’ katanya sambil cengar-cengir.
Beberapa hari sebelumnya, Akbar menyisihkan sebagian uang saku untuk menonton pertandingan. Harga tiket pada waktu itu sekitar Rp 15 ribu hingga Rp 20 ribu. Uang saku Akbar semasa SMP hanya Rp 5 ribu. ’’Biasanya sebelum pertandingan selalu nabung, kadang ditambahi mama, hehehe,’’ ujarnya.
Di stasiun, tempat duduk Akbar disesaki Bonek yang menyerbu kereta. Mereka naik atap, bersender di pintu, hingga bergelantungan di pegangan tangga. Semakin bergerak ke selatan, Gubeng, Wonokromo, Waru, sampai Sidoarjo, kereta semakin penuh. Akbar menceritakan suasana pengap di dalam kereta. ’’ Dempet-dempetan rasanya sesak, ndak bisa napas,’’ kenang Akbar.
Sesampainya di Bandung, Akbar segera mencari pinjaman telepon. Salah seorang kawan meminjamkan telepon. Nomor pertama yang dia telepon adalah milik sang mama. Dia mengabarkan bahwa dirinya sudah sampai di Bandung dan bersiap menonton pertandingan.
Tentu saja, sang mama menjawab dengan nada bercampur kesal dan khawatir. Tapi, sang mama juga bersyukur karena anaknya tidak hilang seperti yang dia khawatirkan. Akbar meyakinkan Eny bahwa dirinya sebatas menonton pertandingan. ’’Saya bilang cuma nonton, tidak ikut tawuran,’’ ujar Akbar.
Di Bandung, Akbar menunjukkan bahwa dirinya benar-benar tertib. Beberapa teman mempersiapkan diri dengan alat komunikasi dan uang sekadarnya. Untuk makan dan akomodasi, Akbar tidak perlu khawatir. Sebab, para Viking (suporter Persib Bandung) menjamu mereka layaknya tamu.
Selain menjadi Bonek dalam dunia bola, Akbar ’’bonek’’ dalam urusan mengejar perempuan. Karakternya yang kalem, penuh kejutan, dan sedikit geje ( gak jelas) meluluhkan hati Risya, adik kelas Akbar semasa di SMAN 4 Surabaya.
Model pendekatan Akbar juga frontal, tanpa tedeng aling-aling. ’’ Tahu-tahu dia muncul minta PIN BBM, setelah itu hilang lagi,’’ cerita Risya, lantas tertawa. (tau/c7/oni)