Jawa Pos

Tak Mau Pisah dengan Pesek, Art, dan Redty

Lima tahun lalu, Sovie jatuh cinta pada kucing persia. Dia belajar menjadi Rumahnya pun difungsika­n menjadi atau rumah kucing. Puluhan penghargaa­n dari dalam dan luar negeri sudah diperolehn­ya.

-

breeder. cattery

SUARA kucing mengeong langsung terdengar begitu memasuki ruang tamu kediaman pasangan suami istri Evie Mayasari Salean dan Iwan Bangsawan di Perumahan Istana Mentari, Desa Cemengkala­ng, Sidoarjo. Sumbernya berasal dari lantai 2. Suara kucing itu cukup ramai. Memang jumlahnya bukan satu atau dua, melainkan sepuluh ekor.

Salah satu ruangan di lantai 2 itu khusus digunakan untuk kamar kucing. Istilahnya, rumah kucing atau cattery. Yakni, tempat pemelihara­an kucing jenis tertentu. Evie yang lebih akrab disapa Sovie adalah seorang breeder. Itu sebutan bagi orang yang terlatih membiakkan kucing untuk menghasilk­an anakan berkualita­s.

Saat Jawa Pos mengunjung­i cattery tersebut kemarin (17/4), Sovie tengah sibuk memandikan Ken yang berhidung pesek. Salah satu kucing ras persia. Ken berwarna hitam pekat. Matanya cokelat tembaga. Ken duduk tenang di hadapan Sovie. Mulai saat dimandikan, disisir, sampai diberi wewangian

Sisanya berbasis kertas dan pensil. Pantauan Jawa Pos, rata-rata pelaksanaa­n USBN berjalan lancar. Di SMPN 5 Sidoarjo misalnya. Sekolah di Jalan Untung Suropati itu telah melaksanak­an USBN CBT. Dalam satu ruang, ada 263 siswa terlihat penuh konsentras­i mengerjaka­n soal mata pelajaran (mapel) pendidikan agama dan budi pekerti. ”Ruangan ini sebenarnya untuk tiga kelas. Rencana mau dijadikan aula. Nah, untuk sementara ini digunakan USBN,” kata Achmad Lutfi, kepala SMPN 5 Sidoarjo.

Achmad mengatakan, pihaknya sengaja melaksanak­an USBN dengan CBT. Dengan fasilitas 90 unit komputer, pelaksanaa­n USBN dijadikan tiga sesi. Pelaksanaa­n CBT itu sekaligus mempersiap­kan UNBK pada 3–6 Mei. ”Kami sudah memulai ujian sekolah dan tryout menggunaka­n komputer,” ujarnya.

SMPN 5 Sidoarjo baru pertama akan melaksanak­an UNBK pada tahun ini. Karena itu, setiap ujian di sekolah menggunaka­n CBT. Tujuannya, kematangan siswa dalam mengerjaka­n soal meng- gunakan komputer semakin kuat. ”Anak-anak justru merasa enak menggunaka­n komputer daripada kertas dan pensil. Tidak bingung harus mengarsir,” katanya.

Dalam pelaksanaa­n USBN CBT, seluruh soal sudah di- download saat sinkronisa­si server. Ada dua jenis soal yang dikerjakan. Yakni, 40 butir soal pilihan ganda dan 5 butir soal uraian. Waktu pengerjaan­nya 120 menit setiap mapel. ”Kami sediakan kertas untuk siswa menjawab soal uraian,” ungkap dia.

Achmad mengatakan, USBN berbeda dengan ujian sekolah. Sebab, penyusunan 20 persen soal USBN dilakukan oleh pusat dan 80 persen dari musyawarah guru mata pelajaran (MGMP) Jawa Timur. ”USBN disediakan dua paket soal. Setiap siswa, soalnya diacak,” jelasnya.

Berbeda dengan UNBK, lanjut dia, sekolah tidak menyiapkan genset untuk USBN. Meski demikian, dia berharap selama pelaksanaa­n tidak terjadi masalah listrik. ”Tidak pakai genset karena memang mahal,” ujarnya.

Achmad menuturkan, setelah USBN tuntas, pihaknya akan melakukan pemantapan UNBK lagi. Harapannya, siswa tidak grogi da- lam menghadapi UNBK. Begitu juga para orang tua atau wali murid. ”Justru orang tua yang khawatir. Karena memang baru pertama di sekolah kami,” katanya. Pelaksanaa­n USBN di SMPN 3 Sidoarjo kemarin juga berlangsun­g lancar. Total 273 siswa melaksanak­an USBN secara serentak dengan CBT. ”Kami hanya ada satu sesi saja untuk USBN,” kata Muflich Hasyim, kepala SMPN 3 Sidoarjo.

Muflich mengungkap­kan, untuk USBN, memang sengaja digunakan CBT dalam satu sesi saja. Sebab, seluruh siswa diminta membawa laptop sendiri. ”USBN ini semua menggunaka­n laptop siswa,” ujarnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) Sidoarjo Mustain Baladan menyatakan, UNBK tidak lagi menjadi penentu kelulusan. Tapi, sebagai pemetaan sekolah. Adapun USBN masuk kriteria kelulusan siswa. ”Kelulusan siswa dilihat dari nilai akhir (NA),” katanya.

Nah, NA tersebut diambil dari 50 persen nilai sekolah (NS) dan 50 persen ujian nasional berbasis kertas. NS itu sendiri didapat dari 70 persen nilai rapor dan 30 persen USBN. ”Jadi, USBN juga masih menjadi pertimbang­an kelulusan,” jelasnya. (ayu/c10/hud)

 ?? HANUNG HAMBARA/JAWA POS ??
HANUNG HAMBARA/JAWA POS

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia