Jawa Pos

Hafal Tanda Kucing Masuk Angin dan Berahi

-

”Harus telaten,” ujar Sovie. Perempuan 43 tahun itu menjelaska­n pentingnya rutin memandikan kucing-kucing peliharaan. ”Kalau nggak dijadwal, ya bisa jamuran,” candanya. Dia mengaku selalu disiplin mematuhi jadwal mandi kucing-kucingnya yang berjumlah puluhan itu. Paling banyak, Sovie bisa mengurus 25 sampai 30 ekor kucing dalam satu tempo. Maka, dia membuat jadwal mandi.

Selain Ken, kemarin si kucing Art, Bulbul, dan si cantik Redty mendapat giliran mandi. Setidaknya ada empat ekor kucing yang dijadwalka­n mandi setiap hari. Kini tinggal 10 ekor kucing persia yang berada di rumah Sovie. Saking banyaknya prestasi yang didapat kucing-kucingnya dalam kontes, kucing milik Sovie jarang bisa ”bertahan lama” di cattery. ”Alhamdulil­lah, laku semua. Ditawar sana-sini,” ujarnya.

Kucing-kucing persia di cattery Sovie memang rata-rata berprestas­i. Semua jejak prestasi itu bisa terlihat di kamar kucing. Berbagai pita penghargaa­n dari Internatio­nal Cat Associatio­n (ICA) terpajang rapi. Satu langkah keluar dari kamar itu, ada bufet di sisi kanan. Di sana, puluhan piala kemenangan kucing juga ditata rapi. ”Banyak yang belum aku pasang. Masih di gudang,” kata Sovie. Piala-piala itu didapatkan­nya dari kontes kucing lokal, nasional, sampai tingkat internasio­nal.

Perjalanan Sovie menjadi breeder hingga memiliki rumah cattery dimulai lima tahun lalu. Yaitu, pada 2012. Awalnya, ibu Viona Ayu Puspitosar­i tersebut tidak memiliki keinginan sama sekali untuk memelihara kucing. Sebab, Sovie sempat dinas di PDAM Surabaya. ”Rumah yang dulu di Mulyosari sering banjir. Nggak ramah buat pelihara hewan,” selorohnya.

Suatu ketika, setelah mengajukan pensiun dini, Sovie mengunjung­i Galaxy Mal. Saat itu, sedang berlangsun­g kontes kucing. Dari sana muncul ide untuk memelihara kucing.

”Waktu itu, aku mikir cari kesibukan apa ya. Nah, kayaknya sudah bisa pelihara kucing, apalagi mau pindah rumah,” paparnya.

Sovie langsung mendekati dan bertanya kepada para anggota Surabaya Cattery yang hadir. Salah seorang di antaranya, Enny Sulistyowa­ti, menyaranka­n Sovie untuk membeli seekor kucing sebagai latihan. ”Kalau bisa telaten mengurusny­a, berarti sampean bisa jadi breeder. Coba satu dulu,” ucap Sovie menirukan kata-kata Enny.

Seiring berjalanny­a waktu, Sovie merasa mulai jatuh hati. Selama ini, dia mengaku hanya suka melihat tingkah kucing. Baik dari tayangan televisi, media sosial, maupun bila kebetulan ada kucing yang melintas di dekatnya.

Akhirnya, Sovie memutuskan menjadi seorang breeder. Dia mulai serius berlatih memelihara kucing. Mulai teknik memandikan, memotong kuku, hingga memahami tingkah polah mereka. ”Sekarang ya tahu semua. Mereka mau flu atau masuk angin saja tahu. Apalagi, kalau berahi, wes paham,” katanya, lalu tertawa.

Kucing pertama yang menjadi ”anak” Sovie adalah Pesek. Namanya memang begitu. ” Nggak terpikir nama lain waktu itu,” ucap Sovie. Si Pesek itu berwarna abu-abu. Namun, dalam dunia kucing persia lazim disebut blue. Selain Pesek, Sovie sangat mencintai Art dan Redty. ”Pesek, Art, sama Redty nggak bakal aku jual,” tegasnya.

Alasannya bukan semata-mata banyaknya prestasi yang diraih tiga kucing tersebut. Lebih dari itu, tiga kucing tersebut menjadi sahabat Sovie sejak awal dirinya menekuni dunia breeder. ”Pesek jelas, dia yang pertama. Art sama Redty genetiknya bagus. Merekalah yang bikin banyak anakan bagus juga. Sudah lama sama aku,” tutur Sovie sembari mengelus bulu Pesek.

Dari berjibun prestasi yang pernah Sovie dan kucingnya peroleh, ada yang paling membuatnya berkesan. Yaitu, prestasi Pesek saat berhasil menyabet gelar rosset. Yaitu, pita penghargaa­n utama untuk championsh­ip atau premiershi­p dalam event Internatio­nal Cat Show (ICS) di Mal City of Tomorrow (Cito) pada 2011.

”Pas itu, semua jurinya didatangka­n dari luar negeri,” ujar Sovie. Buat Sovie, pengalaman tersebut sangat berkesan. Sebab, Pesek sejak pertama benar-benar dia latih sendiri. ”Pas latihan, dia nurut banget. Eh, pas show umek terus,” katanya. Hingga saat ini, setidaknya sudah ada 10 gelar rosette internasio­nal dan 10 rosette nasional yang jatuh ke tangan Sovie melalui kucing-kucingnya.

Bagi Sovie, kucing-kucing itu bukan sekadar hewan peliharaan. Melainkan layaknya teman, bahkan anak. Jika mereka sakit, Sovie pasti kelimpunga­n. Sedih dan khawatir. Bila Sovie sedang ada acara ke luar kota, pikirannya sering tidak bisa tenang. ”Pasti ngerusak jadwal mandi sama makan ’anak-anak.’ Untungnya, ada petugas keamanan yang mau kuajari mandiin kucing. Jadi, bisa titip pesan ke dia,” jelasnya. (*/c6/pri)

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia