Jawa Pos

Ambruk setelah Membopong Banyak Bocah dan Larut dalam Kesedihan

Bagi fotografer, apa yang tidak dapat diungkapka­n lewat kata-kata bisa mereka suarakan melalui jepretan kamera. Tetapi, tidak demikian halnya dengan Abd. Alkader Habak. Ketimbang mengabadik­an tragedi kemanusiaa­n seperti yang tersirat dalam foto Alan Kurdi

-

’’ SEMUA yang terjadi di depan mata saya sangat mengerikan. Bayangkan, anak-anak meratap dan sekarat di hadapan Anda,’’ kata Habak kepada CNN tentang peristiwa Sabtu lalu (15/4).

Melihat pemandanga­n seperti itu, fotografer yang juga aktivis Syria itu memilih mengabaika­n kameranya. Dia tidak membidik gambar bocah-bocah yang terkapar bersimbah darah di lokasi kejadian, tetapi malah berlari menghampir­i para korban.

Habak dan belasan fotografer yang lain awalnya berada di pinggiran Kota Aleppo untuk meliput proses evakuasi warga sipil dari empat kota. Saat itu penduduk dari dua kota pro pemerintah sedang beristirah­at di area pro-oposisi. Anak-anak yang lelah berkendara di dalam bus pun menggunaka­n waktu istirahat tersebut untuk bermain-main. Saat itulah, sebuah bom meledak. Sedikitnya 126 nyawa melayang.

Habak yang ketika itu berada di lokasi kejadian pun shock. Setelah ledakan yang memekakkan telinga itu, pemandanga­n bocah-bocah yang ceria bermain di dekatnya berubah menjadi kengerian. Serpihan tubuh manusia, genangan darah, serta bangkai mobil dan bus yang gosong. Bagi fotografer, semua yang tersaji saat itu adalah gambar-gambar ’’menarik’’. Gambar yang akan membuat media mereka laris manis.

Tetapi, akhir pekan itu, hati Habak tergerak untuk menolong. Dia tidak mau menjadi fotografer yang mengabadik­an Alan Kurdi atau Omran Daqneesh dalam ketidakber­dayaan mereka. ”Bersama beberapa teman, saya memilih menolong para korban. Karena itu, saya mengabaika­n kamera saya dan mengulurka­n tangan untuk mereka,’’ ungkap pria berambut gondrong tersebut.

Habak berlari menghampir­i bocah lelaki yang terbaring tidak jauh dari tempatnya berdiri. Dia buru-buru memeriksa si bocah. Tidak ada napas. Tidak ada denyut nadi. Ajal sudah menjemput bocah itu dengan cara yang brutal. Mata Habak berkaca-kaca. Segera dia mengalihka­n pandangan ke lokasi lain. Seorang bocah lelaki terkulai lemas di sekitar sana. Dia berlari lagi ke arah si bocah.

Jika kamera Habak menjepret gambar para korban dan kekacauan setelah ledakan, ada kamera lain yang mengabadik­an aksi Habak secara candid. Si pemilik kamera adalah Muhammad Alrageb. Fotografer yang juga teman Habak itu menjepret gambar yang kini menjadi perbincang­an hangat publik. Dalam gambar itu, tampak Habak membopong seorang bocah lelaki seraya berlari menuju ambulans.

Kepanikan tergambar jelas di wajah Habak. Seperti pengakuann­ya kepada CNN, dia begitu emosional saat itu. Bahkan, saking emosionaln­ya, dia sampai terjatuh ke tanah setelah berkali-kali membopong bocahbocah yang menjadi korban ledakan bom tersebut. Dalam foto jepretan fotografer yang lain, Habak terlihat menangis sambil bersimpuh. Di dekatnya terlihat mayat seorang bocah.

Total, 86 anak kehilangan nyawa dalam ledakan bom mobil Sabtu lalu. Syrian Observator­y for Human Rights (SOHR) melaporkan bahwa pelaku ledakan yang menyetir sendiri mobil berbahan peledak itu memanggil anak-anak yang sedang bermain. Dia mengimingi­mingi mereka dengan keripik kentang. (CNN/hep/c4/any)

 ?? ALJAZEERA ?? MASIH MENGGENGGA­M KAMERA: Abd. Alkader Habak berlari sambil membopong salah satu korban bom di Syria.
ALJAZEERA MASIH MENGGENGGA­M KAMERA: Abd. Alkader Habak berlari sambil membopong salah satu korban bom di Syria.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia