Sisipkan Pesan di Tepi Sungai
Pramuka Perempuan Percantik Plengsengan
JOMBANG – Festival Wirakarya Kampung Kelir Pramuka 2017 zona Jombang memasuki hari kedua. Kemarin (18/4) para peserta festival tampak bergotong royong mewarnai rumahrumah dan jembatan di sepanjang Jalan Abdul Rahman Saleh.
Sebanyak 38 jembatan yang menghubungkan Desa Kauman dan Sambong Santren dengan Jalan Raya Surabaya– Madiun itu mulai terhias apik. Plengsengan sungai sepanjang 1,2 kilometer pun tak asal dihias.
Pramuka menuliskan beragam pesan untuk menjaga kelestarian sungai. Misalnya, yang dilakukan anggota Bina Muda Ambalan Kabupaten Jombang. Di salah satu titik plengsengan, mereka menuliskan kalimat berbunyi kali resik,
urip becik (sungai bersih, hidup baik). ’’Kata-katanya dipikirkan bersama panitia,’’ terang Heni Wahyu Oktavia, pramuka asal SMAN Bareng Jombang.
Pengecatan plengsengan sungai terbilang cukup menantang. Sebab, peserta sering harus turun ke plengsengan tanpa alat bantu seperti tangga. Juga tanpa alat pengaman. Mereka hanya mengandalkan keseimbangan.
Heni merupakan satu di antara segelintir anggota regu perempuan yang berani turun beberapa sentimeter ke atas permukaan sungai. ’’Sempat takut jatuh,’’ ucapnya. Meski demikian, hal itu tak menghalangi semangat mereka bekerja sepanjang hari. Untung, cuaca sedang cerah sehingga permukaan air sungai tidak meninggi.
Bukan hanya plengsengan, beberapa titik mural juga mulai dikerjakan. Salah satunya bergambar banteng dengan empat kaki manusia. Perwakilan dari Komunitas Mural Heri Subyantoro menjelaskan, gambar itu punya arti tersendiri bagi masyarakat setempat. ’’Ini meng- gambarkan tradisi bantengan atau banteng kicak yang berasal dari Jombang,’’ ungkapnya setelah merampungkan mural tersebut. Banteng kicak dikenal juga dengan sebutan kebo kicak khas Jombang. Ada beberapa spot lagi yang siap untuk digambar mural hari ini.
Tak hanya warga yang merasa terbantu dengan adanya giat pengecatan pramuka tersebut. Sejumlah UKM di tepi Jalan Abdul Rahman Saleh juga mera- sakan manfaat positif. Salah satunya Muhammad Iqbal, pemilik usaha dagang (UD) pot dan batu alam. Pengecatan tersebut, menurut dia, bisa membawa peningkatan di bidang ekonomi secara tidak langsung. ”Orang akan menjadi penasaran ketika melihat kampung kelir dan akhirnya tertarik untuk mampir,” tutur pria yang juga bekerja sebagai guru itu.
Perwakilan PT Mataram Paint Wihardjo Tan mengingatkan para peserta agar cermat mengecat, khususnya terhadap bangunan-bangunan tua. Menurut dia, sebagian bangunan yang sudah lapuk tak melulu karena usia tua. Bisa jadi, sang pemilik kurang mampu merawat dengan baik. ’’Diharapkan setelah selesai pengecatan, warga bisa merawat apa yang sudah dilakukan para pramuka ini dengan baik,’’ ujar Wihardjo. (deb/c19/nda)