Jawa Pos

Tiga Tahun Baru Dapat Pelanggan, Kini Rutin Kirim ke Malaysia

Jika Anda pergi ke Kota Batu dan menjumpai banyak alat dapur berbahan kayu yang dijual di pinggir jalan, itu tak terlepas dari jasa pasangan suami istri (pasutri) Siyono dan Nur Sholihah. Merekalah yang menjadi pelopor pembuat alat dapur berbahan kayu di

- FARIK FAJARWATI, Batu

SIYONO tampak asyik bergelut dengan obeng dan peralatan bengkel lainnya saat koran ini bertandang ke rumahnya di Dusun Rejoso, RT 1, RW 9, Desa Junrejo, Kota Batu, Kamis (13/4). Sementara itu, istrinya, Nur Sholihah, terlihat lebih santai. Ibu dua anak tersebut membersihk­an rumahnya dari debu sisa pemotongan kayu.

Maklum, rumah yang mereka tinggali sekaligus menjadi tempat untuk memproduks­i beragam jenis peralatan dapur yang terbuat dari bahan kayu. Untuk tempat pengerjaan­nya, mereka melakukann­ya di samping dan belakang rumah itu.

Ratusan potong kayu sisa (gergaji) dengan lebar rata-rata 10 x 20 cm tampak disusun rapi di depan rumah tersebut untuk dijemur. Ya, hal itulah yang dilakukan pasutri tersebut agar kayu yang digunakan untuk membuat kerajinan tangan menjadi kering.

Berbeda dengan perajin kayu lainnya yang sudah menggunaka­n oven dalam mengeringk­an bahan baku untuk membuat kerajinan, pasutri itu malah memilih menggunaka­n cara tradisiona­l. Yakni, menggunaka­n sinar matahari. ”Kalau di-oven, setelah kerajinann­ya jadi, pasti bentuknya akan berubah karena terkena panas,” kata Nur.

Dia menambahka­n, usaha pembuatan kerajinan alat dapur dari kayu tersebut dirintis bersama suaminya sejak 1993 atau 24 tahun silam. ”Dulu belajar dari mertua saya, Pak Sujak (ayah Siyono, Red). Beliau dulu juga bikin. Tapi, jumlahnya tidak banyak. Bapak mertua hanya membuat alat dapur kalau ada kayu jati,” jelas perempuan kelahiran Malang, 1 Februari 1970, tersebut.

Siyono mengakui bahwa banyak tetanggany­a yang juga bekerja sebagai perajin alat dapur berbahan kayu. Bahkan, aktivitas itu bisa ditemui hampir di setiap rumah di Dusun Rejoso, RT 1, RW 9, Desa Junrejo, Kota Batu. Karena itu, kawasan tersebut terkenal sebagai kampung produsen alat rumah tangga dari kayu.

Bermodal produk sampel dan kartu nama, Siyono mengetuk pintu rumah para pedagang hingga ke rumah warga untuk memperkena­lkan produk tersebut. Hingga akhirnya, tiga tahun kemudian, produk mereka mulai dicari pengepul di Surabaya. ”Kebanyakan mereka (pengepul, Red) tahunya malah dari orang yang sudah ditawari suami saya,” terang Nur. Hingga saat ini, dia dan suaminya memiliki 15 karyawan yang kebanyakan jugamerupa­kanwarga sekitar rumahnya.

Dalam sehari, mereka bisa memproduks­i hingga 600 item alat rumah tangga. Misalnya, centong nasi, spatula, penggiling kue, talenan, cobek, dan ulek. Selama enam hari (kecuali hari Minggu), mereka bisa memproduks­i hingga 15 ribu item dalam sebulan.

Untuk bahan bakunya, mereka biasa menggunaka­n kayu mahoni, sengon, dan sono. Semua bahan bergantung pada sisa kayu di pusat penggergaj­ian, tempat mereka membeli bahan baku. ”Pesanan alat dapur dari masyarakat Kota Batu sendiri sangat sepi. Ada pesanan, biasanya saat musim pernikahan saja untuk dijadikan suvenir. Pesanan yang rutin justru datang dari pemborong asal luar kota,” tutur Nur.

Para pemborong tersebut biasanya membelinya dalam jumlah yang besar dan masih polosan (tanpa label). Setelah dari pemborong, peralatan yang dikirim dalam bentuk polosan itu akan diberi label oleh pemborong untuk dijual kembali.

Saat ini alat dapur buatannya tidak hanya dipesan pemborong dari Surabaya, tapi juga beberapa perusahaan yang tersebar di Jawa Tengah, Jawa Barat, Sumatera, Jakarta, dan Palembang. ”Ada juga yang diekspor ke luar negeri, tapi melalui pihak ketiga. Nah, pihak ketiga ini biasa mengirimny­a ke Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, Hongkong, dan Arab Saudi,” ujar Nur. (lid/c24/end)

 ?? JAWA POS RADAR MALAMG ?? KREATIF: Peralatan dapur buatan pasutri Kota Batu berhasil menembus luar negeri.
JAWA POS RADAR MALAMG KREATIF: Peralatan dapur buatan pasutri Kota Batu berhasil menembus luar negeri.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia