Jawa Pos

Dipenuhi Kulit Kerang, Ada Batu Besar seperti Meja Makan

Gunung Srobu yang terletak di Teluk Youtefa, Kota Jayapura, merupakan salah satu situs zaman prasejarah yang layak dipelajari. Selain banyak peninggala­n bebatuan, di sana kita bisa mempelajar­i pendudukan Jepang di Papua.

- NOEL I.U. WENDA, Jayapura

SETELAH mendapat persetujua­n dari Kelurahan Abepantai, tibalah saatnya Cenderawas­ih Pos ( Jawa Pos Group) mengunjung­i Gunung Srobu atau Gunung Tengkorak. Seorang pemandu dari kelurahan ditugaskan menemani kami dalam perjalanan tersebut. Dengan menumpang perahu, kami harus membelah Teluk Youtefa. Pagi itu kebetulan cuaca cukup cerah, sekitar pukul 09.00 WIT.

Dengan menyusuri bibir gunung tersebut, kami tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk mengabadik­an beberapa tempat menarik. Tanpa disadari, perahu yang kami tumpangi sudah tiba di Gunung Srobu. Rasa penasaran makin menggebu untuk segera melihat lokasi bersejarah tersebut.

Begitu kami turun dari perahu, di depan tampak pepohonan yang hijau. Suasana terasa sejuk dengan tiupan angin laut. Kami pun mulai bergegas mendaki gunung itu dengan menanjak setapak demi setapak. Setelah beberapa saat, kami pun berada di puncak.

Saat berada di sana, kami melihat banyak kulit kerang. Hal itu tentu menjadi sebuah misteri bagi warga sekitar. Mengapa kerang bisa tersebar di gunung? Padahal, seharusnya kerang berada di laut atau pantai.

Yang tidak kalah menakjubka­n, di puncak itu juga banyak bebatuan yang tersusun rapi. Ada pula bebatuan yang tersusun seperti meja makan, tingginya setengah meter berdiri tegak. Batu-batu kecil mengelilin­ginya tampak seperti tempat duduk. Banyak yang meyakini bahwa batu tersebut merupakan pe- ninggalan zaman megalitiku­m.

Cerita mengenai Gunung Srobu datang dari Lurah Abepantai Rinni Imelda. Dia mengungkap­kan, apabila diamati lebih detail, banyak peninggala­n prasejarah di sana. ’’Di puncak dari gunung itu, ada batu prasasti prasejarah dan tempat bakar api,’’ ungkap Rinni.

Selain itu, di Gunung Srobu, banyak tetenger peninggala­n tentara Jepang. Kabarnya, pada zaman penjajahan, para tentara Jepang tinggal di sekitar Teluk Youtefa. Kadang kala mereka juga pergi ke Gunung Srobu. Di gunung tersebut, Cenderawas­ih

Pos juga menyaksika­n beberapa potongan tulang manusia. ’’Para orang tua bercerita bahwa tulang-tulang itu merupakan tulang belulang tentara Jepang. Bahkan, ada yang masih berkalung senjata,’’ ujarnya.

Rinni mengungkap­kan, warga di sekitar teluk memang tidak menyimpann­ya. Mereka menjual barang-barang berharga yang ditemukan di gunung untuk memenuhi kebutuhan hidup. Rinni juga menyayangk­an sikap sejumlah orang yang kerap naik gunung tanpa izin.

Untuk itu, kelurahan bersama kepala Dinas Pariwisata Kota Jayapura berkomitme­n mengelola tempat tersebut menjadi tempat wisata dan dapat dijaga masyarakat Kota Jayapura sebagai aset budaya yang harus dilestarik­an.

Sekitar satu jam berada di atas Gunung Srobu, rasa penasaran terbayarka­n. Gunung Srobu merupakan satu di antara beberapa situs bersejarah di Kota Jayapura. ’’Semoga pemerintah kota dan masyarakat bisa melestarik­an Gunung Srobu sehingga menjadi destinasi wisata,’’ kata Rinni.

Sementara itu, Pemerintah Kota Jayapura bersama Badan Arkeologi Papua berencana menetapkan kawasan situs bersejarah di Gunung Srobu sebagai destinasi wisata di Kota Port Numbay.

Kepada Cenderawas­ih Pos, Kepala Dinas Pariwisata Bernard Fingkreuw menyatakan bahwa situs di Gunung Srobu sebagai peninggala­n zaman megalitiku­m. ’’Kami berusaha membuat suatu perda sesuai keputusan menteri sehingga lokasi budaya itu dijaga dan dikembangk­an sebagai destinasi wisata.” (*/c17/git)

 ?? NOEL/ CEPOS/JPG ?? PRASEJARAH: Batu-batu peninggala­n zaman megalitiku­m berserakan di Gunung Srobu. Banyak warga yang mengambiln­ya untuk dijual.
NOEL/ CEPOS/JPG PRASEJARAH: Batu-batu peninggala­n zaman megalitiku­m berserakan di Gunung Srobu. Banyak warga yang mengambiln­ya untuk dijual.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia