Puas saat Hasil Karya Terpajang di Tempat Umum
Spanduk menjadi salah satu sarana anggota kepolisian untuk menyampaikan pesan kepada masyarakat. Di Mapolresta Sidoarjo, nama Aiptu Erfan Afandi tidak bisa dipisahkan dengan pembuatannya. Dia adalah desainer grafis yang membuat tampilan spanduk itu menjad
TATAPAN mata Aiptu Erfan Afandi berfokus menghadap ke arah layar komputer. Dahinya sesekali mengernyit. Tangan kanannya terus bergerak memainkan mouse di atas meja. Dia membuka dan mengolah sejumlah foto yang baru dipindahkan dari kamera. ”Ini sedang berusaha membuat konsep spanduk baru,” ujarnya kemarin (18/4).
Saat senggang, polisi kelahiran Makasar itu mengaku banyak mengisi waktunya dengan mengolah gambar, mengatur tata letak, mengombinasikan warna yang pas sebagai latar belakang, sampai membubuhkan kalimat di dalamnya. ”Mengasah kreativitas agar semakin berkembang,” jelasnya.
Erfan adalah personel Satlantas Polresta Sidoarjo. Bapak dua anak tersebut bertugas di bagian administrasi dan operasional (minops). Dia merupakan sosok di balik pembuatan spanduk ataupun baliho jajaran kepolisian di Kota Delta. ”Dulu waktu masih sekolah malah belum akrab dengan yang namanya komputer,” katanya, lantas terkekeh.
Dia mengaku tidak begitu terampil di bidang komputer ketika masih bersekolah. Lulusan SMA Kemala Bhayangkari 3 tersebut merasa bakatnya saat itu tidak berbeda jauh dengan teman-temannya. Yakni, bermain sepak bola. Erfan mengaku enjoy memainkan si kulit bundar meskipun belum pernah menjuarai sebuah kompetisi
Setelah lulus sekolah, dia mendaftar menjadi anggota polisi. Saudaranya yang lebih dulu menjadi seorang polisi membuat Erfan tertarik untuk mengikuti jejaknya. ”Ikut seba (sekolah bintara polisi, Red) pada 1997,” ucapnya.
Penugasan pertama yang diterima setelah lulus adalah menjadi anggota Dirintelkam Polda Jatim. Pada pertengahan 2004, dia pindah tugas ke Kota Delta. ”Menjadi anggota bagsumda (bagian sumber daya),” ujarnya.
Di sana, dia mulai akrab dengan pengoperasian komputer. Sebab, Erfan harus mengurusi kebutuhan para personel. Banyaknya waktu bersinggungan dengan komputer membuat Erfan mulai menaruh minat untuk belajar mengolah gambar. ”Lebih keren rasanya kalau bisa mengedit foto. Membuat karya sendiri, lah,” terangnya.
Saat mulai belajar, Erfan menjatuhkan pilihannya pada aplikasi Adobe Photoshop dan Corel Draw. Dia mencoba-coba menu yang ditampilkan. Bukan hanya menggali referensi dari website, pria kelahiran 23 Maret 1975 itu juga menyisihkan sebagian pemasukannya untuk membeli buku. ”Jumlahnya tidak banyak, tapi cukup untuk bekal belajar,” tuturnya.
Proses belajar menjadi desainer grafis mengalir seperti air. Erfan tidak mematok target secepatnya bisa menguasai aplikasi tersebut. Meski begitu, dia selalu meluangkan 1–2 jam untuk mengasah kemahirannya. ”Banyak belajar juga sama teman-teman yang lebih paham,” ungkapnya.
Erfan tidak mengingat pasti desain gambar pertama yang dibuat. Yang pasti, dia sudah pindah tugas ke satlantas. Saat itu, Erfan sering mendapat tugas untuk membuat cover buku laporan kegiatan. ”Pindahnya pertengahan 2010. Konsep awalnya menyesuaikan dengan permintaan pimpinan saja,” lanjutnya.
Di luar dugaan, hasil kreasinya ternyata mendapat apresiasi. Erfan makin getol mendalami dunia desain grafis. Lamakelamaan, dia malah menjadi personel andalan untuk merancang grafis. ”Banyak yang didesain. Misalnya, buat backdrop panggung, spanduk, dan brosur,” ujar polisi yang tinggal di Karangrejo, Gempol, Pasuruan, itu.
Menurut pria yang hobi menonton filmfilm action tersebut, inspirasi mengolah gambar banyak diperoleh dari jaringan internet. Dia pun banyak membaca dan menonton film untuk menentukan ide desain. ”Dilihat juga situasinya. Momentumnya untuk apa,” imbuhnya.
Tak terasa, sudah satu dekade Erfan menjadi desainer grafis andalan di lingkungan tempatnya mengabdi. Dia menjadi sosok penting di balik lahirnya penyampaian pesan pada era empat Kapolres dan satu Kapolresta terakhir.
Erfan menambahkan, mengolah gambar dan merancang grafis sudah menjadi hobinya. Dia merasa ada kebanggaan dan kepuasan tersendiri ketika melihat hasil karyanya dipajang di tempat umum. Misalnya, di jalan dan pusat keramaian. Suami Yuni Nafiah tersebut merasa enjoy dengan tugas yang diemban. Kendati demikian, adakalanya dia harus bekerja ekstra saat ada ”order” yang datang mendadak. ”Desain yang sudah jadi tidak jarang butuh revisi dari pimpinan. Jadi harus teliti dan benar-benar mendengarkan petunjuk yang diberikan,” tandasnya. (edi/c16/pri)