Karir dan Keluarga Harus Seimbang
Gegap gempita peringatan emansipasi perempuan telah terlihat. Namun, para perempuan harus bisa mengikuti jejak Kartini. Jangan sampai peringatan Hari Kartini hanya menjadi lomba dan pesta mengenakan busana tradisional.
’’ AYO ikut PKK. Daripada di rumah. PKK itu positif. Kegiatannya menarik.’’ Lirik lagu itu terdengar berulang-ulang di Pendapa Kecamatan Waru kemarin (18/4). Diadaptasi dari nada lagu penyanyi dangdut Cita Citata yang berjudul Perawan atau Janda, lagu tersebut membuat ibu-ibu anggota organisasi di wilayah Kecamatan Waru bergoyang asyik. Mereka menghelat Lomba Potensi Pengembangan Kartini Kecamatan Waru 2017 secara serentak.
Bukan hanya anggota Tim Penggerak Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (TP PKK) dari desa-desa di Kecamatan Waru, ibu-ibu dari organisasi lain turut memeriahkan acara itu. Di antaranya, gabungan istri-istri polisi dalam Bhayangkari serta Persatuan Istri TNI-AD (Persit). Tak ketinggalan ibuibu dari Puskesmas serta UPT Pendidikan Kecamatan Waru.
Mereka semua memenuhi area Kecamatan Waru. Berbusana anggun dengan kebaya dan jarit ala Kartini, seluruh peserta bersemangat mengikuti lomba. Dengan percaya diri, satu per satu grup maju ke panggung. Mereka menyanyikan lagu yang mengampanyekan keikutsertaan di PKK. Nah, pembawaan, tarian, kostum, hingga kreativitas dalam penampilan bakal dinilai.
Acara yang berlangsung pukul 09.00 tersebut diikuti 21 kelompok ibu-ibu. Kekompakan kostum begitu diperhatikan setiap kelompok. Misalnya, TP PKK Desa Wadung Asri. Sepuluh perempuan cantik berbusana seragam dengan kebaya model kutu baru, lengkap bersama bros etnik bermodel susun berjajar rapi. Mereka kemudian ber joget riang. Bahkan, ada yang mengeluarkan tamborin untuk membuat suasana semakin semarak.
Selain mendorong ibu-ibu aktif dan kreatif, lomba tersebut bertujuan melestarikan sikap R. A. Kartini yang harus diteladani. Yakni, cerdas dan sederhana. Karena itu, kostum yang dikenakan ibu-ibu pun diharapkan cukup keluar dari lemari sendiri.
Kegiatan tersebut terselenggara atas gagasan tiga perempuan pimpinan organisasi wanita. Yakni, Ibu Camat Waru Atik Mulyo Suharto, Ibu Kapolsek Siti Yusmina, serta Ibu Danramil Luluk Ismiyati. Ketiganya sepakat menjadikan ibu-ibu yang tinggal di Waru aktif berkegiatan positif. Salah satunya dengan mengikuti organisasi.
Meski demikian, tiga srikandi yang dijuluki ’’AB Three’’ oleh anggotanya tersebut tetap berpegang teguh pada prinsip karir dan keluarga harus seimbang. ’’Perempuan boleh berkarir, tapi keluarga tetap jadi yang utama. Soalnya sekolah pertama anak-anak itu ada di ibu,’’ jelas Atik.
Dia memberikan contoh perempuan yang jadi inspirasinya. Di antaranya, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi serta Menteri Perikanan dan Kelautan Susi Pudjiastuti. ’’Bagaimana hebatnya dua perempuan tersebut membagi waktu antara karir dan keluarga. Harus dicontoh ini,’’ katanya.
Mendengar ucapan itu, Yusmina langsung memberikan tanggapan dengan nada sepaham. ’’Kami, ibu-ibu Bhayangkari ini, prinsipnya mandiri dan tangguh. Siap ditinggal bertugas,’’ ungkapnya. Menurut Yusmina, menjadi perempuan sekarang tidak boleh lemah, namun harus berinisiatif dan mau melakukan pekerjaan yang dulu dianggap sebagai urusan laki-laki. Tapi, perempuan harus tetap menghargai posisi suami sebagai kepala rumah tangga.
Dari rangkaian perlombaan tersebut, ada salah seorang tim juri yang berasal dari Yuk Sidoarjo 2008, yaitu Voni Mayasari. Hasilnya, ada enam pemenang yang berhasil menyabet piala Kartini Waru. Mereka adalah TP PKK UPTD Pendidikan Waru (juara), TP PKK Medaeng (posisi kedua), dan TP PKK Tropodo (peringkat ketiga). (via/c23/dio)