Jawa Pos

Wajah-Wajah Dramatis

Riasan Karakter dengan Bahan Lateks

-

SURABAYA – Di balik karakter yang mampu memainkan emosi penonton, ada peran make-up di sana. Dalam balutan tema Deconstruc­tivism pada Surabaya Young Designer Spectacles Ke-4, para siswa Chenny Han Beauty School menciptaka­n kreasi riasan karakter. Para siswa yang rata-rata baru belajar kurang lebih setahun tersebut menampilka­n kesan dramatis dalam berbagai riasan.

Riasan seperti itu menggunaka­n bahan yang lebih kompleks. Oleh karena itu, make-up artist (MUA) harus lebih dahulu menguasai dasar make-up alias riasan cantik. Pada pameran kemarin (18/4), para MUA menggunaka­n bahan utama lateks yang dipadukan dengan kosmetik dasar seperti bedak, eye shadow, dan cat wajah.

Tengok saja karakter witch, penyihir perempuan tua berhidung lancip dan berwajah lonjong. Sosok penyihir adalah tokoh antagonis yang identik dengan sifat kejam. Bentuk emosi jahat dituangkan oleh sang make-up artist, Dea Elysia. Sebelum membuat karakter, perempuan 20 tahun itu mencari referensi sosok nenek sihir yang sudah populer di masyarakat. ”Ada beberapa versi witch di film. Saya pilih inspirasi dari sosok witch pada The Wicked Broadway Show,” terangnya ketika ditemui di lokasi acara, Ciputra World.

Model menggunaka­n topeng yang terbuat dari lateks, sejenis bahan dengan tekstur mirip karet. Seperti pembuatan topeng pada umumnya, Dea membuatnya dengan cara dicetak. Lateks yang sudah jadi kemudian ditempelka­n ke wajah model. Penempelan menggunaka­n lem khusus.

Setelah itu, tangan kreatif Dea bermain. Dia menutupi batas topeng dan kulit wajah asli dengan menggunaka­n foundation. ” Jika dasaran sudah jadi, artinya topeng dan kulit seakan sudah menyatu, baru deh bermain dengan eye shadow supaya lebih hidup,” paparnya. Hal serupa diterapkan pada pembuatan jari-jari dan kuku si nenek sihir.

Berbeda dengan sosok witch yang jahat dan bikin merinding, Helen Larossa, siswa lain, muncul lewat karyanya yang bernapas keanggunan sosok burung. Karakter yang dinamai Bird itu berwujud manusia yang memiliki paruh kuning. ”Pada dasarnya, pembuatann­ya hampir sama seperti witch. Namun, saya melukis seluruh wajah model dengan cat body painting,” papar perempuan yang sudah mendalami riasan lebih dari dua tahun itu.

Karya yang lain datang dari seorang interior designer. Ya, Ratna Sari adalah seorang arsitek. Tidak hanya dapat membuat rancangan bangunan, dia juga bisa menciptaka­n karya seni arsitektur di wajah. ”Kalau interior sekarang lagi ngetren industrial. Nah, kali ini diterapkan di make-up,” katanya.

” Make-up karakter memiliki segmentasi tersendiri. Ini adalah sesuatu yang berbeda. Di luar dari anggapan wajah yang harus selalu tampil cantik,” terang Chenny Han. (esa/c6/jan)

 ?? ARYA DHITYA/JAWA POS ?? KOMPLEKS: Riasan karakter hasil kreasi murid-murid Chenny Han Beauty School yang menggunaka­n bahan utama lateks. Foto kanan, make-up tema Bird karya Helen Larossa.
ARYA DHITYA/JAWA POS KOMPLEKS: Riasan karakter hasil kreasi murid-murid Chenny Han Beauty School yang menggunaka­n bahan utama lateks. Foto kanan, make-up tema Bird karya Helen Larossa.
 ?? ARYA DHITYA/JAWA POS ?? DUA KARAKTER: Wajah ayu Desak Putu Ardini berubah karena riasan. Sisi kanan dan kirinya menggambar­kan sosok yang berbeda.
ARYA DHITYA/JAWA POS DUA KARAKTER: Wajah ayu Desak Putu Ardini berubah karena riasan. Sisi kanan dan kirinya menggambar­kan sosok yang berbeda.
 ?? ARYA DHITYA/JAWA POS ??
ARYA DHITYA/JAWA POS
 ??  ??

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia