Jawa Pos

PM Najib: Koran Tetap Tepercaya

Fotografer Jawa Pos Raih Best In Sports Photograph­y

-

KUALA LUMPUR – Banjir berita palsu ( fake news) di media sosial dan internet terus menggejala di berbagai belahan dunia

Karena itu, media cetak tetap harus hadir dengan nilai-nilai fundamenta­l jurnalisme yang mengedepan­kan kepercayaa­n.

Perdana Menteri Malaysia Dato’ Sri Mohammad Najib bin Tun Abdul Razak menyatakan, saat ini adalah era penipuan ( fraud). Banyak berita palsu yang beredar. ”Ini tantangan besar jurnalisme,” ujarnya dalam Gala Dinner WANIFRA Publish Asia 2017 di Hotel Le Meridien Kuala Lumpur tadi malam (19/4).

Menurut Najib, jurnalisme menjadi ujung tombak dalam memerangi berita palsu. Berita palsu itu disebarkan di jagat maya melalui situs-situs yang validitasn­ya tidak bisa dipertangg­ungjawabka­n.

Publik juga kian sulit membedakan mana berita valid dan palsu. ”Banyak orang langsung memercayai dan menyebarka­n info yang diterima tanpa mengecek kebenarann­ya,” ucapnya.

Najib mengungkap­kan, di antara berbagai format media, koran atau print media dinilai masih memiliki derajat kebenaran atau degree of trust paling tinggi daripada media dalam platform lainnya. ”Masih ada trust di koran,” katanya.

Marcelo Rech, presiden World Editors Forum, mengakui bahwa maraknya berita palsu di media sosial adalah tantangan besar yang harus dihadapi jurnalisme saat ini. ”Kebebasan pers yang sudah didapat harus disertai tanggung jawab untuk menangkal berita palsu,” tegasnya.

Karena itu, menurut Rech, media harus bisa berperan sebagai sumber fact checking (pengujian fakta). Dengan demikian, publik bisa mendapatka­n informasi yang tepat tentang kebenaran berita yang tersebar di media sosial. ”Ini tugas berat yang harus kita jalankan,” ucapnya.

Hal tersebut senada dengan paparan Partner Innovation Internatio­nal Media Consulting Group Juan Senor. Dia mengatakan, media (cetak) harus bisa menciptaka­n konten yang ”lang- ka”. Konten yang unik, yang tidak bisa didapatkan secara melimpah (dan gratis) di internet. ” Yang Anda butuhkan adalah ruang redaksi yang bisa menghasilk­an konten yang layak dibeli konsumen,” ujarnya.

Karena itu, media tidak bisa hanya menjual unsur who, what, where, when (siapa, apa, di mana, kapan). Unsur unik yang bisa punya nilai jual adalah how, why, dan what’s next (bagaimana, mengapa, dan apa selanjutny­a). ”Itu yang mahal,” kata Senor.

Perhelatan WAN-IFRA Publish Asia 2017 berlangsun­g 19–20 April di Hotel Le Meridien. Sejumlah pembicara kompeten dihadirkan di hadapan lebih dari 300 peserta dari berbagai industri media di Asia-Pasifik.

Beberapa penghargaa­n (yang disebut sebagai Oscar-nya industri media) juga dibagikan. Tadi malam fotografer Jawa Pos Wahyudin meraih penghargaa­n terbaik ( gold winner) pada kategori Sport Photograph­y. Itu adalah kemenangan Wahyudin berturut-turut selama dua tahun. (dos/owi/c10/nw)

 ?? DEDHIE RIHADI/JAWA POS ?? DUA KALI: Wahyudin (tengah) menerima trofi kategori Best In Sports Photograph­y di ajang WAN-IFRA Publish Asia 2017 kemarin.
DEDHIE RIHADI/JAWA POS DUA KALI: Wahyudin (tengah) menerima trofi kategori Best In Sports Photograph­y di ajang WAN-IFRA Publish Asia 2017 kemarin.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia