Parlemen Anggap Theresa May Plinplan
Dikritik soal Pemilu yang Mendadak Maju
LONDON – Setelah mengumumkan pemilu dini pada 8 Juni nanti, Perdana Menteri (PM) Inggris Theresa May menghadap parlemen kemarin (19/4). Meski sebagian besar legislator menyambut baik keputusan May untuk lebih cepat mengadakan pemilu, ternyata proses minta restu tidak berjalan semulus bayangan. Pemimpin 60 tahun itu harus terlibat debat panas dengan para rival politiknya.
”Bagaimana mungkin rakyat percaya kepada PM?” kata Jeremy Corbyn, ketua Partai Buruh. Dia menyinggung May yang sempat dua kali menegaskan kepada publik bahwa pemerintahannya tidak bakal pernah menyelenggarakan pemilu dini. Corbyn yang popularitasnya di dalam partai sedang turun menyebut sang PM plinplan. Sebab, pada akhirnya, May menuruti saran Partai Konservatif untuk mengadakan pemilu dini.
Di hadapan parlemen, May mengungkapkan bahwa keputusannya untuk melaksanakan pemilu dini itu berkaitan erat dengan British Exit alias Brexit. Tepatnya negosiasi perceraian Inggris dari Uni Eropa (UE) yang May aktifkan secara resmi pada 29 Maret lalu. ”Saya perlu mandat dari rakyat untuk menuntaskan Brexit,” tutur perempuan yang gemar hiking tersebut.
Tanpa mandat dan kepercayaan penuh dari rakyat dan seluruh jajaran pemerintah, May sulit mengegolkan Brexit. Karena itu, pemilu dini akan menjadi jawaban. Jika partainya menang dalam pemilu 8 Juni nanti, dia punya kuasa penuh untuk menjalankan agenda Brexit yang sudah dirumuskannya. Kemenangan itu otomatis membungkam para rival politiknya yang nyinyir soal agendanya.
Saat ini Partai Konservatif punya 17 kursi lebih banyak daripada Partai Buruh di majelis rendah. Selisih kursi yang hanya sedikit itu membuat suara partai May di majelis rendah tidak bisa mutlak. Melalui pemilu dini, Konservatif berharap bisa memperbanyak selisih perolehan kursi. ”Pemilu dini bakal menghadirkan kepastian politik dan menciptakan stabilitas pemerintahan,” jelas May.
Sampai saat ini, kepercayaan publik terhadap Konservatif lebih banyak ketimbang terhadap Buruh. Jajak pendapat terbaru menunjukkan bahwa popularitas Konservatif masih 20 persen lebih banyak daripada Buruh. Karena itulah, para pengamat politik Inggris yakin Konservatif akan memenangi pemilu dini. Apalagi, sebagian besar politikus Buruh cenderung moderat dan tidak berpihak kepada Corbyn.
Kendati May dan Corbyn terlibat perdebatan panas dalam sidang parlemen kemarin, isu yang mereka bahas tidak mencerminkan suara Konservatif dan Buruh. Kemarin Corbyn menuduh May mengingkari janji dalam bidang kesehatan, pendidikan, dan perekonomian. Sebaliknya, May menganggap agenda politik Corbyn hanya bakal membuat Inggris bangkrut.
”Kami akan berjuang keras untuk memenangkan setiap suara,” ujar May. Untuk bisa merealisasikan pemilu dini, PM perempuan kedua Inggris itu butuh dua pertiga suara parlemen. Dengan memberikan restu kepada May untuk menyelenggarakan pemilu lebih cepat, parlemen melaksanakan sidang paripurna pada 2 Mei nanti. Setelah itu, seluruh partai politik Inggris boleh mulai sibuk berkampanye.
Sebenarnya, tanpa mengadakan pemilu dini pun, agenda Brexit bisa dipastikan jalan terus. (AFP/Reuters/BBC/hep/c14/any)