Akhir Pahit Lahm dan Alonso
KETIKA Xabi Alonso ditarik keluar lapangan oleh der trainer Bayern Muenchen Carlo Ancelotti pada menit ke-75, Santiago Bernabeu bergemuruh. Penonton yang mayoritas fans Real Madrid memberikan aplaus kepada gelandang bernomor punggung 14 tersebut.
Meski datang sebagai pemain lawan, Alonso pernah menjadi keluarga besar Real. Gelandang 35 tahun itu adalah tulang punggung lini tengah Los Merengues, julukan Real, selama lima tahun (2009–2014). Seiring dengan keputusannya gantung sepatu pada akhir musim, laga melawan Real kemarin (19/4) sekaligus jadi penampilan terakhir di Liga Champions.
’’Momen seperti itu akan terus bersama saya sepanjang hidup. Saya merasa sangat emosional karena itu adalah ucapan perpisahan Liga Champions yang sangat spesial, (apalagi datang) dari publik di Bernabeu,” ucapAlonso, sebagaimana diberitakan Mundo Deportivo.
Alonso juga mengaku kecewa karena untuk kali ketiga secara beruntun gagal membawa Bayern meraih prestasi terbaik di Liga Champions alias selalu terantuk di semifinal. Padahal, bersama dua klub lainnya, Liverpool dan Real, pemain akademi Real Sociedad tersebut selalu mengangkat trofi Liga Champions. ’’Bayern sudah melakukan apa yang bisa dilakukan. Kartu merah (yang diterima Arturo Vidal) menentukan akhir perlawanan kami,” ujar Alonso.
Bukan hanya Alonso yang menutup penampilannya di Liga Champions dengan getir. Kapten Bayern Philipp Lahm merasakan hal yang sama. Seperti Alonso, Lahm pensiun musim panas nanti. ’’Ini adalah perpisahan yang pahit dari Liga Champions, khususnya bagi saya secara personal dan setelah sekian tahun,” tulis Lahm dalam Instagram-nya.
Tampil 114 kali di Liga Champions, pemain berjuluk Kurcaci Ajaib itu pernah meraih sekali gelar. Yakni, pada 2012–2013. Untuk musim depan, Lahm meyakini bahwa Die Roten –sebutan Bayern– tetap kompetitif. ’’Dari attitude tim dan kekuatan saat menghadapi situasi sulit, Bayern akan kembali,” tuturnya. ( dra/c18/dns)