Cholo Berambisi Tuntaskan Penasaran
SEJAK pertama berkiprah di Liga Champions pada musim 1958–1959, Atletico Madrid telah enam kali melaju sampai semifinal. Ferdinand Daucik menjadi nama yang mengemuka kala itu. Pelatih asal Slovakia itulah yang meloloskan Atleti ke empat besar pada musim perdana di ajang Eropa.
Periode keemasan Atleti terjadi saat pelatih asal Argentina Juan Carlos Lorenzo membesut selama 1973–1975. Lorenzo membawa Atleti hingga partai final pada musim 1973–1974 untuk menantang raksasa Eropa saat itu, Bayern Muenchen.
Meski underdog, Atleti memaksa Bayern yang diperkuat Franz ”Der Kaiser” Beckenbauer, Gerd Mueller, dan Uli Hoeness serta dibesut pelatih legendaris Udo Lattek bermain 1-1. Laga ulangan pun dilakukan. Sayang, Atleti kalah empat gol tanpa balas.
Namun, capaian Daucik dan Lorenzo itu masih kalah oleh capaian Diego Simeone, pelatih Atleti sekarang. Di tangan Simeone, Atleti tiga kali menembus semifinal dalam empat musim terakhir. Dua di antaranya diselesaikan dengan status runner-up (2014 dan 2016) atau setelah kalah oleh rival sekota, Real Madrid.
Dua kegagalan itulah yang membuat Simeone penasaran. ”Tim ini semakin kompetitif di Eropa dan saya masih percaya akan datangnya saat yang indah (juara Liga Champions, Red),” kata pelatih berjuluk El Cholo (Si Gila) tersebut kepada El Periodico.
Musim ini boleh dibilang kesempatan terakhir Simeone mempersembahkan prestasi terbaik bagi Atleti. Sebab, kontrak pelatih 46 tahun asal Argentina itu bakal habis pada Juni 2018. Oktober lalu Simeone meminta kontraknya dipangkas dari yang semula berakhir pada Juni 2020. Diyakini, itu dilakukan karena Simeone tertarik dengan proyek baru Inter Milan.
Di sisi lain, penyerang Leicester asal Argentina Leonardo Ulloa meyakini musim ini adalah saat bagi Simeone memenangi Liga Champions. Apalagi setelah Simeone gagal dalam dua kesempatan sebelumnya. (apu/c10/dns)