Pelayan dan Resepsionis pun Ikut Kecipratan Bonus
Brighton and Hove Albion Bagi-Bagi Rezeki setelah Promosi
Brighton and Hove Albion mengguncang sepak bola Inggris awal pekan lalu. Untuk kali pertama sepanjang sejarah, mereka berhasil meraih tiket promosi Premier League. Kesuksesan itu membawa berkah buat para staf dan pendukung setianya.
SEPEKAN ini, kota Brighton and Hove Albion yang berada di East Sussex tengah dilanda sukacita. Setelah kemenangan 2-1 atas Wigan Athletic di Falmer Stadium, Brighton and Hove Albions pada pekan ke-43 Championship, Senin lalu WIB (17/4), fans langsung turun ke jalan. Mereka merayakan keberhasilan klubnya yang meraih tiket promosi Premier League.
Skuad Brighton merayakannya bak memenangi peperangan. Namun, Brighton tidak seperti kacang yang lupa pada kulitnya. Setelah resmi jadi klub pertama yang naik tingkat ke Premier League musim depan, sebagaimana dilansir Mirror, Brighton langsung mengucurkan bonus.
Biasanya, bonus juara hanya diberikan kepada pemain dan ofisial. Tetapi, di Brighton, penerima bonus itu merata di semua kalangan. Bonus juara tersebut bisa dinikmati pemain, ofisial, hingga pelayan dan resepsionis.
Daily Mail menyebutkan, penjual teh dan steward pun diberi bonus. Berapa nilai bonus tersebut? Tidak ada nilai yang pakem. Sebab, nilai bonus hanya didasarkan 10 persen dari jumlah gaji bulanan pekerja klub tersebut. ”Ini bukan cuma soal kesejahteraan staf, melainkan juga tentang kerja mereka,” kata Rose Baca, kepala kepegawaian klub.
Bonus itu diberikan setelah pihak klub mendapat kabar bahwa rata-rata pegawai klub berencana liburan setelah kompetisi. Baca menyadari apa yang diberikan kepada pegawai klub belum maksimal. Misalnya, steward. Ratarata, per matchday hanya digaji GBP 8 (Rp 136 ribu) per jam. ”Faktanya, biaya kesehatan kami masih sangat rendah,” ungkapnya.
Arti di balik bonus tersebut bukan sekadar bantuan materi kepada pegawainya. Bonus itu, lanjut dia, berfungsi memperkuat kebersamaan antar pegawai. Selain itu, bonus tersebut membuat pegawai merasa lebih dihargai. Brighton yang sempat nyaris bangkrut dan harus menjual Goldstone Ground Stadium –kandang Brighton kala itu– kini punya keuangan yang sehat.
Tony Bloom sebagai owner Brighton sudah menginvestasikan GBP 250 juta (Rp 4,2 triliun) sejak 2009. Nah, setelah naik kasta, pemasukannya bisa naik GBP 200 juta (Rp 3,42 triliun) dari pendapatan komersial mereka. Hanya, sebagaimana dikutip dari The Guardian, Bloom menegaskan tak akan tergoda untuk melakukan perubahan yang mewah.
Meskipun musim depan The Seagulls –julukan Brighton– bermain di Premier League, gaji pemainnya tidak akan jor-joran. Struktur penggajian klub bakal bergeser. Gaji pada musim depan di Brighton akan lebih kompetitif. Brighton mengikuti sistem gaji pemain di dua klub Premier League, Bournemouth dan Burnley.
Ketimbang menawarkan kontrak besar bagi pemain baru, Brighton memilih memberikan gaji berdasar performa si pemain yang bersangkutan. ”Kami tidak ingin menghabiskan uang dalam jumlah besar. Kami akan lakukan hal itu secara bertahap seperti yang sudah dilakukan. Kami saat ini punya pemain yang bagus. Kami ingin memperkuatnya,” tutur Bloom.
Sekadar diketahui, Brighton tidak menjual pemain kuncinya pada musim panas lalu dan menghemat pembelian pemain baru. Mereka cuma mengucurkan GBP 20 juta (Rp 342,5 miliar) untuk merekrut Lewis Dunk, Dale Stephens, dan Anthony Knockaert. Pada musim 2015–2016, Brighton sempat rugi GBP 26 juta (Rp 445,3 miliar). (ren/c16/bas)