Jawa Pos

Keluhkan Sulitnya Kredit di Bank

-

GRESIK – Di tengah gencarnya pertumbuha­n ekonomi Kabupaten Gresik, ada satu permasalah­an yang membuat resah pengusaha jasa konstruksi. Mereka yang tergabung dalam gabungan pelaksana konstruksi nasional Indonesia (gapensi) sering kesulitan mendapatka­n kredit perbankan. Pihak perbankan menilai jasa konstruksi memiliki risiko besar sehingga berbahaya bagi pebankan.

Selama ini pengusaha jasa konstruksi mendapatka­n pinjaman kredit dari pihak ketiga. Yakni, rekan atau pemodal yang siap memfasilit­asi mereka. Memang, ada uang untuk menunjang aktivitas mereka. Tetapi, bunga yang ditanggung pengusaha cukup besar.

Ketua Badan Pengurus Cabang Gapensi Gresik Khoirul Anam menyatakan, pengusaha ingin cepat mendapatka­n pinjaman uang. Mereka terpaksa menggunaka­n pihak ketiga karena pengajuan di perbankan belum tentu disetujui. ”Risikonya, bunga yang ditanggung cukup besar,’’ ujarnya.

Berdasar pengakuan beberapa pengusaha yang menggunaka­n pihak ketiga, bunga yang ditanggung lebih dari 15 persen. Padahal, bunga kredit normal tak sampai menyentuh angka tersebut. Karena itu, BPC Gapensi Gresik berharap pihak perbankan bisa memahami sektor usaha kontruksi.

Sebenarnya, permasalah­an tersebut pernah dikomunika­sikan dengan Bank Jatim. Namun, tidak semua pengajuan di bank itu mendapatka­n persetujua­n. Sebab, ada aspek prioritas yang mereka utamakan. Yakni, kredit untuk jasa konstruksi yang berhubunga­n dengan pemerintah.

Selain itu, nilai kredit yang dikucurkan tidak besar. Dari pengalaman beberapa pengusaha yang mendapatka­n fasilitas dari bank tersebut, mereka hanya mendapatka­n dana sebesar 35 persen dari nilai jaminan.

Adanya kendala tersebut membuat gapensi berencana mendirikan lembaga pembiayaan sendiri. Rencana itu bertujuan menjawab keluhan pengusaha yang tergabung di organisasi tersebut.

Ketua Umum BPD Gapensi Jatim Agus Gendroyono menambahka­n, lembaga pembiayaan itu tidak berbentuk bank, tapi murni lembaga penyedia dana untuk kebutuhan pengusaha jasa konstruksi. Dengan begitu, pelaku usaha jasa konstruksi bisa eksis dan mandiri. ”Rencana itu sedang kami bahas. Bentuknya bisa menyerupai koperasi,’’ tuturnya.

Berdasar data statistik ekonomi keuangan daerah Jawa Timur, pinjaman berdasar usaha konstruksi mencapai 2,51 persen. Posisi pertama ditempati industri 69,89 persen. Lalu, perdaganga­n hotel dan restoran mencapai 11,35 persen. Lemahnya angka pinjaman kredit disebabkan respons perbankan yang dinilai lambat.

Agus berharap rencana pendirian lembaga itu bisa terlaksana. ”Pengusaha jasa konstruksi tidak akan kesulitan lagi dalam mencari pinjaman untuk kelanjutan usaha mereka,” imbuhnya. (riq/c25/ai)

 ??  ??

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia