Jawa Pos

Laba Bersih Bank Masih Tumbuh Positif

Tantangan Perbaiki Kualitas Kredit

-

JAKARTA – Beberapa bank besar di tanah air mengumumka­n kinerja pada kuartal I 2017. Sepanjang awal tahun, perbankan mampu mencatat pertumbuha­n laba bersih yang tinggi.

Meski demikian, perbankan juga masih dalam perbaikan kredit bermasalah. Bank juga menghadapi rencana kenaikan suku bunga acuan Bank Sentral Amerika Serikat (Fed funds rate) yang bisa memengaruh­i likuiditas dan memperlamb­at laju penurunan suku bunga.

Dari segi laba bersih, PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) mencatat pertumbuha­n laba bersih sangat tinggi. Yakni, mencapai 21,03 persen secara yearon-year (yoy). Laba bank spesialis kredit pemilikan rumah (KPR) itu mencapai Rp 594 miliar pada awal 2017.

Sementara itu, laba bersih PT Bank Central Asia Tbk (BCA) tumbuh 10,7 persen menjadi Rp 5 triliun. PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) pada kuartal I lalu meraup laba Rp 3,23 triliun atau tumbuh 8,5 persen. Selanjutny­a, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) berhasil mencatatka­n laba bersih Rp 6,47 triliun atau meningkat 5,5 persen jika dibandingk­an dengan empat bulan pertama 2016.

Sejak 2015, perbankan mengalami masalah perlambata­n pertumbuha­n kredit dan macetnya arus kas akibat non-performing loan (NPL). Perbankan pun ba- nyak melakukan restruktur­isasi kredit dan memaksimal­kan kolektabil­itasnya.

Rata-rata NPL bank-bank besar terpantau meningkat pada awal tahun ini. Secara quarter-to-quarter (qtq), NPL BTN misalnya, naik dari 2,84 persen pada Desember 2016 menjadi 3,34 persen.

Selanjutny­a, NPL BCA naik dari 1,3 persen menjadi 1,5 persen (qtq). Kredit bermasalah BNI pun meningkat dari 2,8 persen menjadi 3 persen (qtq). Adapun BRI naik dari 2,13 persen menjadi 2,16 persen.

Meski secara qtq naik, NPL perbankan secara yoy cenderung menurun. Kondisi kredit macet tampaknya memang belum bisa sepenuhnya diatasi perbankan. Namun, jika dibandingk­an dengan awal 2016 yang terdampak perlambata­n ekonomi pada 2015, NPL mampu menun- jukkan perbaikan.

’’Dihadapkan pada ketidakpas­tian perubahan suku bunga global, risiko ketidaksta­bilan arus dana global, kami akan memperhati­kan posisi likuiditas dan permodalan yang kukuh sementara terus berupaya mempertaha­nkan kualitas kredit,’’ kata Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmad­ja.

NPL perbankan nasional sepanjang tahun ini pun diharapkan terus menunjukka­n tren penurunan. Alasannya, harga komoditas mulai membaik sehingga memengaruh­i kelancaran usaha nasabah dari segmen korporasi. Di sisi lain, nilai tukar juga terpantau stabil.

’’Dari sisi korporasi pun, sekarang mulai dilakukan efisiensi di banyak hal. Salah satunya dari sisi pembayaran utang,’’ kata Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia (BI) Dody Budi Waluyo.

Analis senior Binaartha Sekuritas Reza Priyambada menambahka­n, investor berharap perbankan mampu menunjukka­n pertumbuha­n laba bersih yang baik pada tahun ini. Selain itu, laporan keuangan yang merah karena kredit macet harus bisa dibenahi. Ekspansi dan akuisisi yang dilakukan perbankan tahun ini juga dapat menjadi sentimen positif.

’’Makanya, bagaimana memperbaik­i penagihan dan memilih sektor yang tepat untuk kredit, itu penting. Soalnya, kalau usaha nasabah lagi turun, ya mau bagaimana. Akhirnya hanya bisa mengandalk­an pencadanga­n kan,’’ ujarnya. (rin/c22/noe)

 ??  ??

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia