Jelang Pilpres, Teror Guncang Prancis
ISIS Mengklaim Serangan, Pelaku Tewas, Satu Menyerah
PARIS – Teror mengguncang Kota Paris tiga hari menjelang pemilihan presiden (pilpres) Prancis. Kamis malam waktu setempat (20/4) atau kemarin dini hari WIB (21/4), seorang pria menembak mobil polisi dan menewaskan seorang petugas. Pelaku lantas menembak dua polisi dan seorang turis sebelum akhirnya berhasil dilumpuhkan.
”Serangan terjadi di ChampsElysees sekitar pukul 21.00 waktu setempat. Sebuah mobil tiba-tiba berhenti di depan mobil polisi. Pelaku keluar dari mobilnya sambil melepaskan tembakan ke arah polisi,” terang Pierre Henry Brandet, jubir Kementerian Dalam Negeri Prancis, dalam jumpa pers. Timah panas yang dimuntahkan dari senapan otomatis oleh pelaku merenggut nyawa seorang polisi.
Brandet menyebut polisi yang tertembak itu berusia 30 tahun. Setelah menghabisi seorang polisi, pelaku melarikan diri sembari menembaki petugas lain. Aksi pelaku itu memicu baku tembak sengit. Dalam baku tembak yang berlangsung singkat tersebut, polisi berhasil menembak mati pelaku. Tapi, dua petugas dan seorang turis perempuan tertembak peluru pelaku.
Menurut jaksa penuntut umum Paris, Francois Molins, salah seorang polisi yang tertembak sempat mengalami masa kritis. ”Tapi, sekarang kondisinya sudah lebih baik,” katanya.
Dia mengidentifikasi pelaku sebagai Karim Cheurfi. Pria berkewarganegaraan Prancis itu sudah cukup lama berada dalam pengawasan intelijen. Selain radikal, dia juga diawasi karena punya catatan pelanggaran kriminal yang tidak sedikit.
Salah seorang sumber yang dekat dengan penyidik mengatakan, pelaku pernah menyerang polisi pada 2001. Saat itu kendaraan yang dia kemudikan dicegat polisi. Karena tidak terima, dia lantas melawan dan melepaskan tembakan dari pistol pribadi ke arah petugas. Polisi lain kemudian meringkusnya. Saat itulah dia mengambil senjata si polisi dan langsung menembaknya.
SKamis malam itu ISIS langsung mengklaim serangan yang hanya berjarak beberapa meter dari tetenger Prancis, Arc de Triomphe, tersebut. Melalui media propagan- danya Amaq, kelompok radikal yang kali pertama muncul di perbatasan Iraq dan Syria itu menyatakan bahwa teror di jantung Paris itu dilancarkan Abu Yousuf Al Baljiki alias Abu Yousuf of Belgia.
Klaim ISIS itu membuat aparat Negeri Menara Eiffel yakin bahwa ada pelaku lain yang masih berkeliaran. Karena itu, penjagaan di seluruh perbatasan Prancis dilipatgandakan. Polisi juga mengerahkan lebih banyak personel untuk berpatroli di tempat-tempat strategis. Prioritas aparat adalah memburu pelaku lain. Kamis malam itu petugas mengamankan tiga kerabat dan teman Cheurfi.
Di tengah perburuan polisi Paris, seorang pria menyerahkan diri kepada polisi di Kota Antwerp, Belgia. Kepada polisi, dia mengaku berencana pergi ke Paris pada Kamis lalu. Tapi, dia lantas mengurungkannya. Dalam penggeledahan di rumahnya, polisi menemukan tiket kereta tujuan Paris dan beberapa senjata. ” Terlalu dini untuk menyatakan bahwa dia berkaitan dengan serangan Kamis malam,” kata Brandet.
Saat teror terjadi, tiga kandidat unggulan pilpres Prancis terlibat debat seru di televisi. Acara debat pamungkas sebelum pencoblosan Minggu (23/4) itu disiarkan secara langsung ke seluruh penjuru Prancis. Begitu mendengar kabar serangan maut di Champs-Elysees, tiga kandidat itu langsung membatalkan agenda kampanye terakhir masing-masing.
Sesuai aturan pilpres, para kandidat masih berhak berkampanye sampai Jumat. Setelah itu, Prancis memasuki masa tenang sampai hari H. Namun, teror yang membuat ratusan wisatawan di salah satu boulevard paling tenar di seluruh dunia tersebut panik dan lari untuk cari selamat itu membuyarkan rencana mereka. Francois Fillon, Emmanuel Macron, dan Le Pen membatalkan seluruh rangkaian kampanye Jumat. (AFP/Reuters/ BBC/CNN/hep/c11/dos)