Latih Kemandirian ABK
GRESIK – Momen Hari Kartini dimanfaatkan tenaga pengajar Resource Center untuk melatih keberanian siswanya. Sebanyak 20 anak berkebutuhan khusus (ABK) mengenakan busana tradisional dan modern. Mereka lantas berlenggak-lenggok di atas panggung.
Satu per satu para ABK naik ke panggung. Mereka sangat ceria. Bersama para pendamping dari Resource Center, para ABK berpose di hadapan para undangan. Fatmawati, ibunda Difa, penyandang cerebral palsy (CP), mengaku sempat melatih putrinya dalam memeragakan busana. Mulai cara berjalan hingga menegakkan badan. ”Misalnya posisi dada ke depan, belajar melempar senyum,” ujarnya kemarin (21/4).
Perempuan asal Kecamatan Bungah itu menyatakan, Difa termasuk anak yang moody. Suasanya hatinya sangat mudah berubah. Karena itu, persiapan perlu dilakukan sebelum tampil di depan panggung. ”Beruntung, dia sudah sering ikut lomba. Jadi tidak kaget,” lanjutnya.
Berbeda dengan Aira. Penyandanag slow learner itu tidak banyak melakukan persiapan atau latihan khusus. Meski belum terbiasa, Aira tampak percaya diri di atas panggung. ”Anaknya memang tidak mudah minder,” kata Sugiatik, ibunda Aira.
Kepala Recource Center Innik Hikmatin menuturkan, peragaan busana tidak hanya melatih rasa percaya diri ABK. Acara tersebut juga menjadi terapi sosial bagi anak. ”Meski berkebutuhan khusus, anak-anak harus bisa mandiri,” ujarnya.
Innik menilai, rasa percaya diri tidak hanya ditumbuhkan pada anak-anak. Rasa percaya diri juga perlu dimiliki para orang tua. Sebab, tidak sedikit orang tua ABK yang tidak bisa menerima kondisi buah hatinya. ”Bagaimanapun kondisinya, orang tua harus bisa menerima dengan ikhlas,” katanya. ”Harus diterima, disayang dan dirawat dengan ikhlas,” tuturnya.
Kegiatan bersama antara para orang tua dan ABK itu bisa menumbuhkan motivasi untuk merawat dan membesarkan anak. Karena itu, komunikasi antarorang tua juga perlu dijalin. ”Antar-orang tua bisa saling memberikan motivasi untuk yang lain,” jelasnya. ( adi/c21/ai)