Menyentil Isu Perdagangan Manusia
SURABAYA – Surabaya menjadi persinggahan karya pelukis Jupri Abdullah. Mengangkat tema Human Trafficking dan Buruh Migran, Jupri mengadakan pameran tunggal ke21 di DKS Balai Pemuda sejak 18 April hingga kemarin (21/4).
Pemilihan tema itu sendiri bukan kebetulan. Sebagai pelukis, dia berambisi untuk tercatat dalam sejarah sehingga lukisannya pun harus punya nilai sejarah. Dia pun selalu berkarya dengan melihat situasi dan kondisi yang terjadi di sekelilingnya.
’’Persoalan human trafficking dan buruh migran masih menjadi persoalan bangsa. Saya mencoba mengetuk hati masyarakat, terutama pemegang kebijakan, untuk serius mena- ngani masalah itu,’’ tuturnya saat ditemui di DKS Balai Pemuda (18/4).
Pembuatan karyanya tersebut pun membutuhkan waktu hampir setahun. Dia melakukan berbagai riset ke daerah-daerah seperti Jogjakarta, Blitar, Pasuruan, Nganjuk, dan beberapa kota lainnya. Hasil risetnya itu dijadikan bahan untuk dituangkan ke atas kanvas. Secara garis besar, lukisan Jupri kali ini bisa digolongkan menjadi dua macam. Yakni, lukisan inspiratif dan kisah nyata.
Salah satu lukisan yang berasal dari kisah nyata sekaligus paling berkesan bagi Jupri adalah Lepas dari Tangan Ibu. ’’ Jadi, anak itu diambil, lalu dijual organ tubuhnya. Ini tragis,’’ lanjut pria kelahiran Pa- suruan 54 tahun silam tersebut.
Bukan hanya tentang kisah pilu dari korban perdagangan manusia. Jupri pun menggambarkan kisah sukses dari orang-orang yang bekerja di luar negeri melalui jalur legal dalam karya TKI Legal 10 Tahun di Negeri Orang. Mereka bekerja menggunakan dokumen resmi sehingga tidak menjadi korban human trafficking.
Pameran yang mendapat penghargaan dari Lembaga Prestasi Indonesia Dunia itu pun rencananya dihelat di seluruh Indonesia. Tujuannya, lebih banyak orang yang hatinya terketuk. Bahkan, sudah ada tawaran dari Singapura untuk m e nyelenggarakan pameran di sana. (dwi/c15/jan)