Jawa Pos

Dua Tahun Kumpulkan Uang, Terbang Sendiri ke Batang

Ketika Gadis Italia Jatuh Cinta dan Berniat Menikah dengan Pemuda Desa Asal Batang

- NOVIA ROCHMAWATI,

Demi cinta, jarak ribuan kilometer tak menghalang­i gadis Italia, Illaria Monte Bianco, untuk menemui kekasihnya, Dzulfikar, pemuda asal Batang.

SEBUAH rumah di Desa Tragung, Kecamatan Kandeman, Batang, Jawa Tengah, hari-hari ini menjadi pusat perhatian masyarakat. Warga datang ke rumah itu bukan karena kemegahan bangunanny­a

Bahkan, rumah tersebut jauh dari kesan itu. Lantainya masih dari semen, bukan keramik. Di ruang tamu juga hanya ada perabot sederhana: meja bundar beserta tiga kursi kayu. Di sebelahnya sebuah dipan kayu.

Rumah bercat kuning dan hijau itu dihuni seorang ibu beserta anak lelakinya. Sang ibu bernama Ismoyowati, 50, sedangkan putranya bernama Dzulfikar. Suami Ismoyowati atau ayah Dzukfikar sudah lama meninggal dunia. Sedangkan adik Dzulfikar, seorang perempuan, tinggal di Tegal, untuk mencari penghidupa­n.

Rumah itu sejak Rabu (19/4) ramai menjadi pembicaraa­n menyusul datangnya tamu istimewa dari jauh. Tamu asing tersebut adalah Illaria Monte Bianco, gadis 21 tahun asal Bari, Italia. Dia rela jauh-jauh datang ke Desa Tragung hanya untuk menemui pujaan hatinya, Dzulfikar, sang pemuda 24 tahun itu. Mereka dipertemuk­an via laman pertemanan Facebook.

Bukan hanya warga yang penasaran atas kehadiran Illaria. Aparat desa dan petugas kepolisian pun dibuat kalang kabut. Begitu mengetahui riuhnya pembicaraa­n di masyarakat, mereka ramai-ramai mendatangi rumah Ismoyowati Jumat (21/4). Intinya, aparat ingin mengetahui maksud kedatangan gadis Italia yang di negaranya bekerja sebagai pramusaji di sebuah restoran itu.

”Sebelumnya kami berkoordin­asi di Balai Desa Tragung. Kami ingin mengetahui maksud dan tujuan dia (Illaria) datang ke sini,” ucap Wakapolsek Tulis Iptu Agus Windarto yang datang bersama tiga anggotanya.

Kepada aparat desa dan petugas kepolisian, Illaria mengaku sudah dua tahun mengenal Dzulfikar di Facebook. Awalnya mereka hanya berteman. Namun, seiring berjalanny­a waktu, hubungan mereka meningkat menjadi saling jatuh cinta. Bahkan, keduanya berniat untuk melanjutka­n ke jenjang perkawinan.

Kedatangan Illaria ke Desa Tragung itu untuk membuktika­n cintanya kepada Dzulfikar, sekaligus menunjukka­n keseriusan­nya menikah dengan pujaan hatinya tersebut.

’’Orang tua saya sudah menyetujui hubungan saya dengan Dzulfikar. Makanya, saya diizinkan untuk pergi ke Indonesia,’’ kata gadis berambut panjang itu.

Begitu seriusnya cinta Illaria kepada Dzulfikar, dia sampai rela menyisihka­n sebagian gajinya untuk ditabung guna biaya ke Indonesia. ”Selama dua tahun ini saya mengumpulk­an uang dari hasil bekerja di sebuah restoran di negara saya. Tujuannya, bisa menemui Dzulfikar di Indonesia,” jelas Illaria.

Kemarin (22/4) Radar Pekalongan ( Jawa Pos Group) berusaha menemui Illaria dan Dzulfikar di rumahnya. Sayang, Illaria tak berkenan menemui wartawan. Alasannya, dia capek.

’’Maaf, Illaria sedang istirahat. Dia tidak mau diganggu. Dia sedang melihat perayaan Kartini di sekolah dari jendela. Dia belum mau diwawancar­ai,’’ kata Fikar, panggilan Dzulfikar. Rumah keluarga Fikar memang berada di depan SD Tragung 01. Jaraknya sangat dekat sehingga dari jendela kamar yang dipakai Illaria memungkink­an untuk melihat langsung kegiatan di SD itu.

Fikar lalu mencerikan kisah cintanya dengan gadis pujaannya tersebut. Yang jelas, dia hampir tidak menyangka ketika Rabu (19/4) Illaria memenuhi janjinya, datang ke Desa Tragung. Fikar seolah tak percaya dan sempat mengira mimpi saat gadis yang disayangin­ya itu menginjakk­an kaki di rumahnya. Saking bahagianya, tanpa sadar, Fikar menangis saat untuk kali pertama bertemu langsung dengan Illaria.

’’Saya sampai tidak bisa berkata apa-apa. Tanpa sadar, saya hanya bisa menangis melihat dia di depan pintu rumah,’’ cerita Fikar mengenang detik-detik yang mendebarka­n hatinya bertemu sang kekasih yang selama dua tahun ini hanya ’’bertemu’’ di dunia maya. Maka, pertemuan itu seolah menjadi arena bagi sejoli tersebut untuk melepas rindu.

Illaria tiba seorang diri di Bandara SoekarnoHa­tta, Cengkareng, Banten, pada Selasa sore (18/4). Tanpa merasa lelah, dia langsung melanjutka­n perjalanan darat menuju Batang, Jawa Tengah. Dia menggunaka­n jasa travel dan tiba di Batang Rabu pukul 02.30 WIB.

Ketika sudah memasuki kawasan Kandeman, dia hampir saja menyerah untuk menemui Dzulfikar. Illaria dan sopir travel kesulitan untuk mencari alamat Dzulfikar di Desa Tragung. Mereka sudah putus asa. ’’Mungkin ini kuasa Tuhan. Saat Illaria kebingunga­n, ada orang (desa) sini yang berangkat kerja di PT Waskita bertemu travel itu,’’ jelas Fikar.

Berkat bantuan tetangga Fikar itulah, Illaria akhirnya bisa sampai ke rumah calon suaminya itu.

’’Saya merasa seluruh isi bumi ini seperti menimpa saya. Apalagi melihat perjuangan dan pengorbana­n dia untuk datang ke sini. Saya sungguh tidak bisa berkata apa-apa,’’ tutur Fikar.

Terlebih, Illaria sudah diberi tahu bahwa keluarga Fikar tidak punya apa-apa. Rumahnya juga sangat sederhana. ’’ Tapi, dia tetap ngotot pengin menemui saya. Luar biasa.’’

Fikar mengaku awal perkenalan dirinya dengan Illaria dimulai dari jejaring sosial Facebook. Fikar menambahka­n Illaria sebagai teman karena adanya saran pertemanan di laman. ’’Saya yang nge-add duluan. Kemudian, saya chat dia dulu untuk menawariny­a berkunjung ke Batang,’’ lanjutnya.

Awalnya, Illaria tidak yakin akan tawaran Fikar itu. Tapi, setelah berkomunik­asi intens selama sekitar dua tahun, mulai tumbuh rasa sayang dan kekeluarga­an di antara keduanya.

’’ Ya, awalnya seperti hubungan adik-kakak. Kami juga sering berbagi kegiatan melalui WhatsApp. Saling kirim foto, terutama foto makanan yang kami makan sehari-hari,’’ terang pemuda yang pernah menjadi petugas sekuriti di sebuah perusahaan tersebut.

Untuk berkomunik­asi, mereka menggunaka­n bahasa Inggris. Meski hanya berijazah paket C, perbendaha­raan kata dalam bahasa Inggris yang dikuasai Fikar cukup banyak dan makin banyak setelah sering berkomunik­asi dengan Illaria.

Fikar mengaku, kesederhan­aan hidupnya dan keluargany­a itulah yang membuat Illaria makin penasaran untuk berkunjung ke Batang. Illaria lahir di Bari, Italia, pada November 1995. Setelah tamat SMA, dia sempat bekerja di berbagai bidang seperti menjadi customer service, instruktur renang anak, dan perawat. Tapi, dia kini menjadi pramusaji di restoran.

’’Kami sudah berdiskusi panjang untuk bisa mengunjung­i negara masing-masing. Tetapi, setelah kami hitung dari basic income kami, akhirnya diputuskan Illaria yang ke sini dulu,’’ terang Fikar. ’’ Mungkin, suatu saat ganti saya yang berkunjung ke rumahnya di Italia,’’ imbuhnya.

Sementara itu, Ismoyowati mengaku kedatangan lllaria sempat membuatnya shock. Dia benar-benar tidak menyangka gadis tersebut datang untuk menemui dan berencana menikah dengan putranya. Tapi, dalam sekejap, Ismoyowati langsung lumer melihat sikap Illaria yang dinilainya sopan, lemah lembut, dan ramah.

’’Tingkah lakunya kayak putri Solo. Anteng dan manut. Kalau ada tamu, ya disalami satusatu. Makanya, banyak tetangga yang bertamu dan ingin berfoto dengan dia. Tapi, dia menolak dengan halus kalau difoto,’’ ujarnya.

Ismoyowati maupun Fikar belum bersedia menjelaska­n lebih jauh tentang rencana pernikahan gado-gado itu. Yang penting, kata Ismoyowati, saat ini kedua pihak saling menjajaki lebih jauh.

’’Kalau itu (rencana pernikahan, Red), kami belum tahu. Wong baru bertemu,’’ tandas dia. (*/c10/ari)

 ?? M DHIA THUFAIL/RADAR PEKALONGAN/JPG ?? SEDERHANA: Illaria Monte Bianco (kiri) dan Ismoyowati di rumah Dzulfikar, Jumat (21/4).
M DHIA THUFAIL/RADAR PEKALONGAN/JPG SEDERHANA: Illaria Monte Bianco (kiri) dan Ismoyowati di rumah Dzulfikar, Jumat (21/4).
 ?? NOVIA ROCHMAWATI/RADAR PEKALONGAN/JPG ?? TAK PERCAYA: Dzulfikar.
NOVIA ROCHMAWATI/RADAR PEKALONGAN/JPG TAK PERCAYA: Dzulfikar.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia