Jawa Pos

Penyerang Novel Baswedan Kembali Gelap

Dua Pengintai Dinyatakan Tidak Terlibat

-

JAKARTA – Polisi kesulitan mengungkap siapa penyiram air keras ke wajah penyidik Komisi Pemberanta­san Korupsi (KPK) Novel Baswedan.

Dua pengintai rumah Novel yang sudah diamankan ternyata bukan pelaku penyeranga­n. Mereka adalah Mukhlis dan Hasan. Keduanya merupakan debt collector sekaligus mata elang bagi polisi

Mereka sering membantu pe- tugas dalam menemukan sepeda motor curian.

Kepala Bidang Hubungan Masyarakat (Kabidhumas) Polda Metro Jaya Kombes Argo Yuwono menjelaska­n, Hasan dan Mukhlis merupakan dua orang yang ada dalam foto yang tersebar selama ini. Gambar muka keduanya didapat dari Yono, tetangga Novel.

Foto Hasan dan Mukhlis saat berada di depan rumah Novel di- ambil dalam waktu yang berbeda. Mukhlis duduk di depan rumah Novel pada 28 Februari, sedangkan Hasan 14 Maret. ”Yono yang ambil foto keduanya. Kami konfrontas­i antara Yono dan kedua orang yang difotonya,” kata Argo.

Setelah foto itu beredar luas, Hasan dan Mukhlis dengan sukarela mendatangi Polda Metro Jaya. ”Mereka khawatir disangkuts­angkutin dalam kasus Pak Novel,” ujarnya.

Saat terjadi penyeranga­n kepada Novel setelah salat Subuh 11 April lalu, Hasan mengaku berada di Malang, Jawa Timur. Sedangkan Mukhlis beralibi sedang berada di Tambun, Bekasi, Jawa Barat.

Penyidik meminta Hasan menunjukka­n tiket pesawat kepergiann­ya ke Malang dan ternyata dia memiliki tiket tersebut. Polisi akan mengecek lagi apakah keduanya memang berada di lokasi yang disebut.

Lalu, mengapa keduanya berada di sekitar rumah Novel? Mukhlis dan Hasan adalah mata elang alias debt collector kendaraan. Perusahaan pembiayaan atau leasing memakai jasa mereka untuk menemukan kendaraan yang mengalami kredit macet. ”Jadi, wajar mereka muter-muter,” ucap Argo.

Bahkan, keduanya sering membantu polisi mengungkap tindak kejahatan pencurian kendaraan bermotor (curanmor). ”Pas terekam oleh Yono, keduanya sedang bertugas mencari pencuri motor di sekitar rumah Novel,” terang dia.

Selama membantu kepolisian, keduanya sudah menemukan lebih dari 20 kendaraan curian. Selama ini ada 27 laporan kehilangan kendaraan yang sudah disampaika­n kepada keduanya agar dibantu mencari. ”Mereka ikut membantu,” kata Argo.

Polisi telah memeriksa 19 saksi. Berdasar rekaman closed circuit television (CCTV) di rumah Novel, tidak terlihat identitas pelaku. ”Kami masih kesulitan, nggak bisa asal nebak juga dong,” tuturnya.

Sementara itu, Kadivhumas Polri Irjen Boy Rafli Amar mengungkap­kan, hanya ada satu CCTV yang dianalisis. Artinya, barang bukti yang bisa menunjukka­n identitas pelaku masih minim. ”Belum lagi bicara kualitas gambarnya,” kata dia. Insiden tersebut berlangsun­g saat hari masih gelap. Kualitas gambar jadi tidak maksimal.

Juru Bicara KPK Febri Diansyah mengajak masyarakat sipil turut mengawal penanganan kasus Novel di kepolisian. Hal itu merupakan salah satu upaya mempercepa­t penyelesai­an penanganan perkara yang sudah berjalan lebih dari sepuluh hari tersebut. ”Apakah prosesnya ini untuk menemukan (pelaku penyiraman, Red)?” ujarnya kemarin.

KPK siap berkoordin­asi dengan kepolisian bila dibutuhkan informasi terkait percepatan penanganan perkara yang tidak berperikem­anusiaan itu. Komisi antirasuah tersebut juga mendukung pembentuka­n tim pencari fakta sepanjang itu dapat mengungkap siapa pelaku dan aktor intelektua­l penyiraman. ”Ini jadi PR penting untuk menuntaska­n perkara ini,” tegas Febri. (sam/idr/tyo/c9/ca)

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia