Temukan Sepeda Tahun 1912 di Purwokerto
Yongky Fama Ijo adalah sosok langka di Indonesia. Selama bertahun-tahun dia memfokuskan diri mengoleksi sepeda militer yang digunakan tentara pada era Perang Dunia. Namanya pun sudah dikenal di kalangan kolektor sepeda kuno dunia.
GARASI rumah di salah satu sudut Citra Garden, Jakarta Barat, itu terlihat rapi. Di sana terpampang sepeda tua yang bentuknya tidak familier. Ada yang diparkir. Ada pula yang digantung layaknya barang memorabilia. Yang cukup unik, tujuh sepeda ”tua” yang ada merupakan folding bike alias sepeda lipat zaman Perang Dunia.
Adalah Yongky Fama Ijo, sang empunya sepeda yang juga merupakan salah seorang dedengkot Komunitas Sepeda Tua Indonesia (Kosti). Yongky merupakan salah seorang kolektor sepeda tua zaman Perang Dunia dengan koleksi yang cukup komplet.
Arti komplet dalam hal ini adalah mewakili sebagian besar kekuatan perang utama saat zaman Perang Dunia I dan II. Sepeda perangnya berasal dari negara-negara kunci yang bertikai saat itu. Antara lain dari Jerman, Italia, Inggris, Prancis, Amerika Serikat (AS), dan Jepang.
Yongky mulai mengoleksi sepeda tua militer pada 2010. Awal mula inspirasinya datang ketika dia mengunjungi salah satu museum sepeda tua di Belanda. Sepulang dari sana, Yongky memulai kisahnya untuk mencari dan mengumpulkan sepeda zaman perang.
Melalui koleksi itu pula, pengusaha furnitur kelahiran Palembang tersebut sering mewakili rekan-rekannya di Kosti sebagai duta di kongres International Veteran Cycle Association (IVCA), ajang tahunan pencinta sepeda tua di dunia. Karena itulah, nama Yongky sudah mulai dikenal kolektor-kolektor sepeda langka dunia.
Saat ini Yongky juga tengah membantu menyiapkan Indonesia sebagai tuan rumah kongres IVCA yang direncanakan berlangsung di Bali pada 2018. Artinya, Indonesia akan menjadi negara pertama di luar Eropa dan AS yang bertindak sebagai tuan rumah ajang tersebut.
Dari setiap kegiatan IVCA di luar negeri, Yongky mendapatkan banyak pengalaman dan saling tukar informasi tentang keberadaan sepeda zaman perang. Salah satu yang cukup unik, menurut Yongky, dialami saat mendapatkan Peugeot Captain Gerard pada 2012.
Sepeda yang menjadi sarana transportasi tentara Prancis itu dia peroleh dari salah satu pemilik sepeda tua di Purwokerto, Jawa Tengah. Padahal, umumnya, Yongky menemukan sepeda-sepeda Perang Dunia dari Eropa atau AS. Beberapa juga dari Bangkok, Thailand.
Setelah mendapatkan sepeda tersebut, Yongky bertemu dengan seorang anggota IVCA pada kongres 2015. Yongky menceritakan penemuannya atas sepeda langka itu. Saat datang ke Indonesia, sang kolega terkesan dengan koleksi Yongky. ”Setelah tahu koleksi saya, dia berjanji memberikan koran tahun 1900-an yang memuat iklan sepeda tersebut,” kata Yongky seraya memperlihatkan potongan koran itu kepada Jawa Pos.
Bagi Yongky, mengoleksi sepeda lipat yang digunakan pasukan penerjun payung alias para trooper adalah sebuah seni tersendiri. Yongky melihatnya sebagai proses yang panjang dalam mengumpulkan sepedasepeda tersebut. ”Karena saya orangnya juga suka yang unik,” kata dia.
Keunikan tersebut tampak juga dari barang lain di garasi rumahnya. Selain sepeda, ada empat sepeda motor tua yang dia kumpulkan. Misalnya BMW R23 yang diproduksi antara 1938 sampai 1940. ”Sejak muda saya memang suka sama barang kuno, tetapi yang punya nilai jual,” katanya. (nap/c9/nur)