Diah dan Juju Dua Kali Jadi Korban Gempa
Pengungsi Ingin Berlebaran di Rumah
TASIK – Gempa sudah menjadi momok bagi warga Salawu, Kabupaten Tasikmalaya, khususnya warga Kampung Pawitan dan Cikeusik, Desa Neglasari. Mereka mengaku trauma. Apalagi, pada 2009, rumah mereka rusak akibat gempa 7,3 skala Richter (SR). Kini rumah mereka juga rusak akibat gempa 5,4 SR pada Senin dini hari (24/4).
Diah, 42, warga Cikeusik, Desa Neglasari, Kecamatan Salawu, menyatakan, setelah diguncang gempa 7,3 SR pada 2009, dapur rumahnya rusak. Kali ini rumahnya kembali rusak karena efek gempa 5,4 SR pada Senin dini hari. Dinding kamarnya roboh. Hal itu membuat Diah trauma. Sebab, ketika rumahnya diperbaiki, dia khawatir kembali terjadi gempa.
” Ya takut terjadi lagi. Untung, saya sama anak saya kemarin selamat,” jelas Diah yang mengungsi di rumah panggung milik ibunya. Rumah ibunda Diah tersebut kurang dari 10 meter dari huniannya yang ambruk.
Pada 2009, dengan bantuan pemerintah, lanjut dia, dibutuhkan waktu hingga empat bulan untuk memperbaiki rumahnya. Saat ini, Diah berharap rumahnya bisa diperbaiki secepatnya supaya Lebaran nanti bisa ditempati. ”Apalagi, yang sekarang (kerusakan, Red) lebih parah daripada sebelumnya,” katanya.
Serupa dengan Diah, Juju Juariyah, 50, warga Desa Neglasari, Kecamatan Salawu, mengalami trauma. Rumahnya juga rusak akibat gempa pada 2009. Kini bangunan yang diperbaiki dengan menggunakan dana bantuan pemerintah itu rusak lagi. Bahkan lebih parah.
”Sekarang sangat parah. Dulu hanya bagian depannya yang ambruk,’’ ungkap Juju yang bersama keluarganya mengungsi ke kantor desa.
Pada 2009, rumahnya baru rampung diperbaiki setelah dua bulan gempa terjadi. Dia berharap bantuan perbaikan rumah dari pemerintah bisa segera datang. Sebab, jika tidak, dia dan keluarganya bisa-bisa harus melewati Lebaran di rumah saudara atau tempat pengungsian. ”Ya kalau belum bisa diperbaiki, (rumah, Red) nggak mungkin ditempati,” ujarnya. (rga/c23/ami)