Jawa Pos

Biakkan Tumbuhan-tumbuhan ”dalam Game”

Forum Tanaman Karnivora Jawa Timur (Fortim) adalah wadah pencinta flora. Mereka tak sekadar membentuk ajang pamer. Ada unsur pelestaria­n yang mereka upayakan. Terutama tanaman pemakan daging yang jarang dipelihara orang.

-

MEREKA terlihat sibuk. Mengamati satu per satu tanaman yang me- nggantung di sebuah pekarangan berukuran 3 x 4 meter. Sedikitnya ada 50 pot yang menggantun­g. Plastik ultraviole­t di bagian atas pot melindungi tanaman-tanaman tersebut dari sinar matahari langsung.

Di bawah, berjajar pot kecil. Berisi tanaman yang masih kecil. Tiap tiga jam sekali, air menyembur. Menjaga tanaman itu tetap lembap.

Itulah kebiasaan mereka. Orangorang yang menggeluti eksotika flora yang cukup langka. Berbagi pengalaman dan berbagi tanaman. Mereka tergabung dalam sebuah forum unik

Forum Tanaman Karnivora Jawa Timur (Fortim). Tempat berkumpuln­ya para penggemar tanaman karnivor (tavor) di wilayah Jawa Timur.

Sekilas, tavor yang menggantun­g tidak seperti bentuk tanaman yang biasa ditemui di rumahrumah. Beberapa justru seperti tanaman dalam game. Misalnya, Plants vs Zombies, permainan menyelamat­kan rumah dari serbuan mayat-mayat hidup. Para zombi itu hanya bisa dihadang dengan sederet tanaman sakti. Salah satunya Chomper, tanaman karnivor yang mengunyah setiap zombi yang mendekat. Tanaman karnivor juga hadir dalam Super Mario.

Dalam wujud nyata, tanaman karnivor punya beragam bentuk. Ada yang berkantong. Ada yang bergerigi di sekeliling daunnya. Gerigi bisa mengatup saat tumbuhan itu melahap mangsa, biasanya serangga.

Tanaman yang memiliki kantong adalah Nepenthes. Orang umum lebih akrab mengenalny­a dengan kantong semar. Mulut kantong mengandung nektar. Warnanya cerah dan mencolok. Daya goda tersebut membuat serangga semakin terpikat. Mengintip ke kantong. Tampak beberapa serangga seperti nyamuk atau ngengat meregang nyawa. Mati menyatu dengan tempatnya. Menyisakan kulit.

Dionaea muscipula berbentuk seperti sebuah perangkap yang menganga. Sekeliling mulutnya berduri. Tampak tiga rambut halus di tengahnya. ”Jadi, kalau sensor ini kita senggol sedikit, langsung nyaplok. Nanti daun atau mulut akan menutup dan mengeluark­an cairan. Nutrisi dari serangga akan diserap habis hingga seolah- olah tinggal tulangnya,” ujar Abdul Ghofur, salah seorang anggota komunitas, sambil menyentuh rambut halus tersebut dengan sedotan.

Ciri khas tavor terletak pada akarnya. ”Kalau tanaman karnivor, akarnya tidak menyerap nutrisi. Tapi, hanya untuk menyerap air,” ujar Muhammad Hasan, anggota yang lain.

Nutrisi tanaman karnivor diperoleh dari serangga. Sebut saja Drosera atau yang lebih dikenal sebagai penangkap lalat. Salah satu tavor yang paling ganas menurut Fortim. Tangkai kecil menjulur keluar dan menggeromb­ol. Bulu-bulu halus membalut seluruh tangkai merah. Sedikit lengket jika dipegang. Daya lengket itulah yang sangat mematikan. ”Serangga yang hinggap enggak akan bisa lolos. Dari situlah nanti proses alamiah penyerapan nutrisi terjadi,” ujar Ghofur.

Fortim baru berdiri pada Maret. Saat ini kurang lebih 100 orang sudah bergabung menjadi anggota. Anggota Fortim beragam. Mulai orang awam hingga pakar. Pertemuan ”dadakan” selalu menjadi ajang yang mereka tunggu-tunggu. Sambang rumah sekaligus ” ngrusuhi” koleksi milik tuan rumah sudah menjadi hal yang biasa.

”Sidak” ke salah seorang anggota juga menjadi ajang praktik. Saat di rumah Azhar Kusnomihar­jo, para anggota Fortim meneliti setiap koleksi sang tuan rumah. Sesekali, mereka bercanda untuk membawa pulang koleksi Azhar. ”Wah, ini dibawa pulang lumayan. Harganya Rp 500 ribu,” celetuk salah seorang anggota.

Aksi kerja bakti juga dilakukan. Ada kalanya pemilik tavor masih kurang teliti dalam hal kesehatan masing-masing tanaman. Misalnya, adanya jamur atau kutu yang muncul di sela-sela tanaman. Senin siang itu (24/4), aksi bongkarbon­gkar media tavor menjadi agenda gotong royong Fortim. Mulai ganti media tanam hingga mengganti wadah tanaman.

Kesukaan masing-masing anggota Fortim di dunia tanaman karnivor beragam. Ghofur, misalnya, sejak lima tahun lalu menyukai tavor. Berbagai jenis tavor dia koleksi. Misalnya, Drosera, Sarracenia, Pinguicula, Cephalotus, Heliamphor­a, dan Stilidiu.

Namun, di Fortim setiap anggota memiliki kesukaan masing-masing. Azhar lebih menyukai Nephentes. Baginya, Nephentes memiliki bentuk dan keunggulan yang lebih jika dibandingk­an dengan tavor lain. Perawatann­ya tidak terlalu sulit. Kreasi dan pengembang­biakan melalui proses stek juga mudah. Meski demikian, Azhar juga punya tavor jenis lain.

Harga tavor bervariasi. Yang paling murah Rp 20 ribu. Tapi, tingginya hanya 1 sentimeter. Lazimnya, tanaman itu dibanderol dalam kisaran ratusan ribu rupiah. ”Ada yang paling mahal, Rp 26 juta. Namanya Nepenthes xtrusmadie­nsis,” tambah Ghofur. Tanaman itu terbilang langka. Dia merupakan hasil persilanga­n dari Nephentes lowii dan Nephentes macrophyll­a. Dua jenis tersebut merupakan spesies langka.

Perawatan tavor tidak sulit. Hanya dibutuhkan ketelitian. Menyiramny­a pun tidak sembaranga­n. Para pencinta tavor harus merogoh kocek lebih untuk sekadar menyiram. Sekali terkena pestisida, mereka harus bersiap kehilangan tanaman kesayangan­nya. ”Biasanya, nyiramnya pakai air galon atau air AC,” terang Ghofur.

Media tanam yang digunakan juga bukan tanah. Tavor ditanam pada media sphagnum moss atau sejenis lumut untuk tanaman. Media tanam itu mampu menjaga kelembapan tanaman sekaligus menjaga PH (keasaman) yang dibutuhkan tanaman agar tetap stabil. Air harus selalu diberikan secara rutin untuk menjaga kelembapan­nya. ’’Ini selalu disiram tiap tiga jam sekali. Sistemnya otomatis,” ujar Azhar.

Siklus budi daya dan hidup yang lama membuat tanaman tersebut punya nilai jual tinggi. Misalnya, kantong semar. Tanaman itu bisa berbunga ketika menginjak usia minimal tiga tahun. Masingmasi­ng memiliki jenis kelamin berbeda. ”Bunga jantan dan betina harus ketemu dalam satu waktu,” terang Ghofur.

Bukan hanya ajang pamer. Tavor vjuga menjadi wahana pendidikan. Berbagai pameran pernah mereka ikuti. Misalnya, ketika Surabaya disambangi kapal pesiar Artania beberapa waktu lalu. ”Hari ini sampai 28 April, ada pameran di BG Junction. Datang ya,” ujar Muhammad Hasan.

Selain sebagai tanaman hias, ternyata tanaman karnivor memiliki banyak manfaat. Salah satunya untuk anak agar tidak sering ngompol. ”Biasanya, air dimasukkan kantong. Besoknya airnya diminumkan ke anakanak,” cerita Ghofur.

Biasanya, kantong semar di Kalimantan digunakan untuk menanak nasi. Beras dimasukkan ke dalam kantong, lalu diisi air sampai penuh. Setelah itu, kantong ditaruh di atas bara api hingga matang.

Saat ini, populasi tanaman karnivor di alam liar terancam punah. Pembabatan lahan dan pembakaran hutan menjadi salah satu penyebabny­a. ”Pemerintah memang mengeluark­an aturan bahwa tanaman ini dilindungi. Tapi, belum ada tindakan,” ujar Hasan.

Fortim berusaha mengedukas­i masyarakat untuk ikut andil dalam pelestaria­n tanaman karnivor. Sering kali orang yang berada di Kalimantan dan Sumatera mengira tavor itu hanya gulma. Akibatnya, orang awam akan membabat tanaman-tanaman tersebut.

Iklim tropis Indonesia sangat sesuai sebagai tempat tumbuh kembang tavor. Tidak heran, banyak spesies tavor yang mampu tumbuh dan berkembang biak dengan baik di Indonesia. ”Tujuh puluh persen jenis kantong semar di dunia ada di Indonesia. Perlu dijaga dan dilestarik­an,” ungkap Ghofur.

Memang, hobi kerap membuat larut seseorang untuk turut menjaga apa yang disukainya. Contohnya saja Fortim. Komitmen untuk melestarik­an flora langka terus mereka gaungkan. Bukan hanya melalui mulut. Berbagai cara juga dijalankan untuk keindahan flora asli Indonesia. (*/c6/dos)

 ?? GALIH ADI PRASETYO/ JAWA POS ??
GALIH ADI PRASETYO/ JAWA POS
 ?? GALIH ADI PRASETYO/ JAWA POS ?? game PEMAKAN SERANGGA: Nepenthes milik Azhar Kusnomihar­jo. Harga tanaman kantong semar yang langka bisa mencapai puluhan juta rupiah.
GALIH ADI PRASETYO/ JAWA POS game PEMAKAN SERANGGA: Nepenthes milik Azhar Kusnomihar­jo. Harga tanaman kantong semar yang langka bisa mencapai puluhan juta rupiah.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia