Mumi dari Kali Kepiting Ingatkan agar Tertib Berkendara
Sebanyak 23 kampung beradu yel-yel saat sesi kuis Surabaya Smart di Taman Bungkul. Kocak, menggelitik, dan penuh pesan moral.
SELAMA tiga hari (21–23 April), suasana malam di Taman Bungkul terasa berbeda. Lebih semarak. Pengunjung yang datang memakai kostum berwarna-warni. Mayoritas dilengkapi dengan atribut rambu-rambu lalu lintas.
Ya, saat itu memang tengah berlangsung sesi lomba Surabaya Smart Riding 2017. Sebanyak 23 kampung mengikuti kuis untuk memperebutkan tiket ke babak final. Kemampuan para peserta dalam menguasai materi etika berkendara diuji.
Selain sesi kuis, para peserta berlomba yel-yel. Taman Bungkul tak ubahnya medan pertempuran untuk beradu kreativitas. Para peserta menampilkan yel-yel dengan lirik dan gaya yang menarik. Termasuk melengkapi diri dengan kostum yang unik.
Salah satu yang cukup menarik perhatian pengunjung adalah seorang pria yang berdandan menyerupai mumi pada Minggu malam (23/4). Dia tampil melengkapi penampilan warga dari Kali Kepiting yang memakai kostum merah-putih. Mereka menari dengan iringan musik patrol.
Kemunculan mumi tersebut sempat membuat pengunjung histeris. Iringan musiknya pun berubah, menggambarkan suasana mencekam. Mumi itu berjalan mengitari warga yang menari. Bercak darah terlihat menghiasi tubuhnya.
’’ Tak kurangi yo nilaie warga Kali Kepiting soale meden-medeni (Dikurangi ya nilainya warga Kali Kepiting karena menakut-nakuti, Red),” goda Nanda, salah seorang presenter di kuis Smart Riding malam itu.
Tentu saja, mumi tersebut tidak sungguhan. Pemerannya adalah Imam Syafi’i, warga kampung Kali Kepiting. Ceritanya, mumi itu merupakan penggambaran dari pengendara yang tidak mematuhi lalu lintas. Dia akhirnya celaka karena kesalahannya. ’’Ini habis kecelakaan, terluka parah di seluruh tubuh,’’ ujar Imam, sang ’’mumi’’.
Saat hidup, ’’mumi’’ tersebut kerap menyalahi aturan berkendara. Mulai menggunakan handphone saat berkendara hingga tidak memperhatikan rambu- rambu lalu lintas. Dia juga selalu mengentengkan imbauan polisi untuk tertib. Hingga suatu hari, dia menjalankan sepeda motor dalam keadaan mengantuk. Kecelakaan pun terjadi.
Cerita itu memang hanya karangan Imam. Namun, kreativitasnya layak diacungi jempol. Apalagi, dia bisa membuat cerita dan kostum tersebut dalam waktu kurang dari dua hari. ’’Baru sehari sebelumnya saya dapat ide buat mumi seperti ini,’’ jelasnya.
Mumi itu memang tidak ditampilkan saat road show Surabaya Smart Riding. Dia mengaku tidak terpikir sebelumnya. ’’Bener-bener dadakan lah pokoknya,’’ tuturnya.
Kostum mumi pun dirancang dari bahan seadanya. Dia menggunakan karung bekas beras yang sudah tidak terpakai. Karung tersebut kemudian dibentuk sedemikian rupa sehingga bisa nyaman dipakai. Tidak hanya itu, dia juga menggunakan bahan kardus untuk membuat kostum tersebut. Kardus itu dilapisi karung bekas, lantas diberi tulisantulisan lucu dengan spidol.
Kreativitas Imam tersebut tidak hanya bertujuan menarik perhatian dewan juri. Namun, dia juga ingin membuat masyarakat sadar tentang pentingnya mematuhi aturan berkendara. ’’ Iki nyowo rek, ojok dientengno,’’ ucapnya. (*/ c20/fal)