Jawa Pos

Bocah Tersambar Kereta Siswa SDI

Orang Tua Berpisah, Korban Dititipkan Paman

-

SURABAYA – Identitas bocah yang tersambar kereta api di viaduk Kertajaya terungkap. Korban adalah Muhamad Arief Sabana, siswa kelas V-B SD Islam Raden Paku.

Polisi mendapatka­n identitas korban setelah menelusuri sekolah dan beberapa alamat rujukan yang diberikan warga. Modalnya adalah foto wajah dan baju korban. Namun, saat mendatangi sekolah di Jalan Klampis Ngasem itu, anggota opsnal Polsek Gubeng tidak langsung mendapatka­n hasil. Sebab, sekolah tutup karena tanggal merah.

Polisi kemudian menyebarka­n pesan berantai kepada anggota Binmas Sukolilo dan ketua RT/ RW setempat. Malam menjelang pergantian hari, pihak sekolah mengonfirm­asi bahwa korban adalah salah seorang anak didiknya. ’’Sudah ditemukan (identitasn­ya, Red). Korban masih kelas V di SDI Raden Paku,’’ ujar Kapolsek Gubeng Kompol Agus Bahari.

Secara terpisah, Kepala SD Islam Raden Paku Alfinatun Nazula mengaku langsung mengenali wajah Arief saat mendapatka­n pesan melalui aplikasi WhatsApp. Dia mengaku mengenal almarhum dengan baik. ’’Orang tuanya pernah dipanggil karena kendala keuangan,’’ ujarnya.

Kemarin pagi (25/4) seisi ruang kelas V-B spontan menangis saat Isnaini Hidayati, guru agama, mengumumka­n kematian Arief lewat pengeras suara. Dia lalu memimpin seluruh warga sekolah untuk memanjatka­n doa. ’’Sabar ya, kita doakan Arief biar masuk surga,’’ ujar Zulfah, wali kelas V-B, kepada muridmurid­nya.

Dia menyatakan, Arief beberapa kali tidak masuk sekolah. Pakaiannya sering lusuh lantaran tidak disetrika. Menurut keterangan para guru, orang tua Arief berpisah sejak 2016. ’’Kasihan, sepertinya dia kurang kasih sayang,’’ ujar Alfinatun.

Ayah korban, Kasmuri, yang asli Lamongan telah menikah lagi dan tinggal di Pasuruan. Ibunya, Sriwulan, memilih tinggal di Malang. Bocah 11 tahun itu dititipkan kepada pamannya yang tinggal di kawasan Manyar Sabrangan.

Jenazah Arief kemarin dibawa pihak keluarga dari RSUD dr Soe tomo menuju tempat peristirah­atan terakhirny­a di Desa Turi Banjaran, Maduran, Lamongan. Seluruh guru SD Islam Raden Paku turut melayat ke sana. Siswa-siswa dipulangka­n lebih awal, sekitar 11.00. Hendak Buat Pedang

pedangan Muhamad Arief Sabana dikenal sebagai bocah yang periang. Rachmat Fajar dan Kurniawan tak menyangka sahabatnya tersebut tewas Senin siang (24/4). Ketika itu mereka bertiga dan Hoviludin, kakak Kurniawan, bermain di viaduk Kertajaya.

Arief mengajak membuat pedang-pedangan dari paku yang dilindaska­n di rel kereta. Sebelum insiden tersebut, ketiga murid kelas V-B SD Islam Raden Paku dan Hoviludin sempat berenang di sebuah kolam di kawasan Kertajaya. Mereka berangkat dengan menggunaka­n sepeda. Sepulang dari renang itulah Arief mengajak pergi ke viaduk Kertajaya. Fajar pun sudah mengingatk­an bahwa bermain di sana berbahaya. Namun, Arief bandel dan tetap mengajak ke viaduk.

Saat berada di viaduk, tiba-tiba dari selatan melintas kereta api Sancaka dari Jogjakarta menuju Stasiun Gubeng. Fajar, Kurniawan, dan Hoviludin segera pergi dari lintasan ketika mengetahui ada kereta bermuatan BBM yang juga akan melintas dari utara. Fajar meneriaki Arief untuk minggir. Namun, Arief memilih berdiri di tengah viaduk. Di antara dua jalur rel. ’’Dia diam saja di tengah,’’ ujar Kurniawan.

Setelah dua kereta tersebut melintas, mereka berusaha mencari Arief. Namun, pencarian itu nihil. Ketiganya lantas memutuskan kembali ke rumah.

Fajar mengaku bertemu dengan Arief dalam mimpi Senin malam (24/4). ’’Janji ya kita temenan terus selamanya,’’ ujar Fajar menirukan perkataan sahabatnya karibnya tersebut. (mir/c22/fal)

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia