Pengembang Butuh Kepastian
Tentang Ketersediaan Air dan Harga Tanah di Gresik Selatan
GRESIK – Banyak alasan mengapa pengembang ” malumalu” menggarap properti di wilayah selatan. Selain kawasan tersebut masih menjadi domain pemerintah, harga tanah dan ketersediaan air sering menjadi kendala. Pengembang enggan berinvestasi karena tidak ada kepastian dalam mengatasi permasalahan di wilayah itu.
Harga tanah di wilayah selatan seperti Menganti, Cerme, dan Driyorejo cukup tinggi. Rata-rata harganya mencapai Rp 1,3 juta per meter. Pengembang harus memperhitungkan secara matang agar investasi yang ditanamkan di kawasan tersebut tidak meleset.
Selain itu, ketersediaan air sering menjadi kendala. Padahal, air merupakan elemen yang selalu dipertanyakan konsumen saat memilih rumah. Mereka selalu mengandalkan dua pilihan, yakni air yang disediakan PDAM dan air bawah tanah.
Pengurus Harian Asosiasi Pengembang Perumahan dan Permukiman Seluruh Indonesia (Apersi) Gresik Koko Wijayanto menyatakan, fasilitas air dan harga tanah membuat pengusaha harus berpikir dua kali untuk menggarap kawasan selatan. Apalagi, produk perumahan atau permukiman merupakan investasi jangka panjang. ”Salah penghitungan, pengusaha bisa rugi,’’ ucapnya.
Dia menuturkan, pengembang menuntut kepastian. Terutama kepastian dalam menyiapkan infrastruktur di wilayah selatan. Dengan begitu, pengusaha berani berspekulasi dengan berinvestasi di sektor properti di wilayah tersebut. ”Tanpa kepastian, kami tidak berani mengambil langkah lebih awal,’’ ujarnya.
Salah satu kepastian yang diharapkan pengusaha adalah fasilitas air. Pemkab sudah menjanjikan suplai dari kawasan Umbulan dan Bendung Gerak Sembayat. Namun, dua sarana tersebut belum bisa diandalkan. Karena itu, pengembang belum menganggap adanya kepastian fasilitas air di kawasan itu.
Koko menambahkan, kepastian tersebut menjadi tolok ukur dalam mengucurkan dana untuk berinvestasi. Apalagi perusahaan yang pendanaannya mengandeng pihak lain. Kepastian akan menjadi syarat investasi itu bisa dilaksanakan. ”Hendaknya, persoalan tersebut segera disikapi pemerintah kabupaten,’’ jelasnya.
Sebelumnya, kawasan selatan disebut-sebut sebagai penopang penyebaran penduduk dari wilayah Surabaya dan Gresik. Banyak lahan yang potensial untuk digarap. Saat ini ada beberapa pengembang yang fokus di wilayah tersebut. Namun, belum terlihat ada penambahan jumlah perumahan seiring dengan berjalannya waktu. (riq/c16/ai)