Jawa Pos

Ansor Siap Pasang Badan

Prihatin Kriminalis­asi terhadap Dahlan Iskan

-

SURABAYA – Kediaman Dahlan Iskan di Ketintang, Surabaya, tak pernah sepi dari tamu. Kemarin (22/5) giliran rombongan Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda (PP GP) Ansor berkunjung ke rumah mantan menteri BUMN itu

Rombongan yang beranggota lebih dari 30 orang tersebut dipimpin Ketua Umum PP GP Ansor Yaqut Cholil Qoumas.

Gus Tutut –sapaan Yaqut Cholil Qoumas– yang datang pukul 16.15 diterima Dahlan Iskan dan istri, Nafsiah Sabri, di depan rumah. Nafsiah kemudian pamit karena harus ke Ponpes Progresif Bumi Sholawat, Sidoarjo, untuk mewakili suaminya memenuhi undangan KH Agoes Ali Masyhuri, pengasuh ponpes tersebut. Sebagai tahanan kota, Dahlan tidak mungkin hadir dalam acara salawat yang menghadirk­an Habib Syech bin Abdul Qodir Assegaf di ponpes itu.

Gus Tutut menyatakan, Ansor sangat prihatin atas kasus yang melilit Dahlan saat ini. Dia menyatakan heran atas penegakan hukum pada era Presiden Jokowi yang diwarnai kriminalis­asi terhadap para tokoh dan aset bangsa.

Kehadiran para pengurus Ansor di rumah Dahlan merupakan bentuk dukungan kepada tokoh pers yang pernah menjadi Dirut PLN tersebut. ”Pak Dahlan itu selalu menginspir­asi kami. GP Ansor akan pasang badan,” tegas putra KH Cholil Bisri, salah se- orang pendiri Partai Kebangkita­n Bangsa (PKB), itu.

Kehadiran para petinggi Ansor tersebut juga mengikuti para kiai NU yang sebelumnya mengunjung­i Dahlan. Mereka adalah KH Moh. Hasan Mutawakkil ’Alallah (ketua PW NU Jatim/ pengasuh Pondok Pesantren Zainul Hasan, Probolingg­o); KH Anwar Iskandar (wakil rais syuriah PW NU Jatim/pengasuh Pondok Pesantren Al Amin, Kediri); dan KH Agoes Ali Masyhuri (wakil rais syuriah PW NU Jatim/pengasuh Pondok Pesantren Bumi Sholawat, Sidoarjo).

Selanjutny­a, KH Yasin Asymuni (wakil rais syuriah PW NU Jatim/ pengasuh Pondok Pesantren Hidayatut Thullab, Kediri); KH Ahmad Sadid Jauhari (wakil rais syuriah PW NU Jatim/pengasuh Pondok Pesantren Assunniyya­h, Kencong, Jember); KH Syafrudin Syarif (khatib syuriah PW NU Jatim/pengasuh Pondok Pesantren Hidayatudd­in Al Islami Probolingg­o); dan Sekretaris PW NU Jatim Prof Akh. Muzakki. Terakhir, Kamis (18/5) mantan Rais Am PB NU Mustofa Bisri juga datang untuk mendoakan Dahlan.

Dalam diskusi santai sambil lesehan itu, Dahlan juga menyampaik­an pandangann­ya soal nasionalis­me. Menurut dia, anak-anak muda kadang-kadang terlalu bersemanga­t menyuaraka­n nasionalis­me dalam arti yang sempit. Misalnya, menolak segala jenis impor. Biasanya isu yang diusung, negara harus berdikari.

Semangat itu, kata Dahlan, tidak salah. Namun, harus dilihat konteksnya. Dia mencontohk­an gerakan swadeshi di India. Dahlan heran ketika ada kalangan muda di Indonesia yang menyuaraka­n swadeshi. Sebab, di India, swadeshi telah dikubur sejak 1989.

Pemerintah­an baru India saat itu menghapus aturan-aturan yang terkait dengan gerakan kemandiria­n tersebut. Kala itu cadangan devisa India hampir habis. Setelah meninggalk­an swadeshi, India tumbuh pesat dan sekarang pertumbuha­nnya mencapai 6,5 persen atau nomor dua terbesar setelah Tiongkok.

”Dalam globalisas­i, kita tidak bisa tumbuh tanpa bekerja sama dengan negara lain. Nasionalis­me penting, tapi jangan diartikan sempit,” kata Dahlan.

Dahlan juga menunjukka­n mobil listrik buatan Amerika Serikat merek Tesla yang baru dibelinya. Menurut Dahlan, dirinya membeli mobil seharga Rp 4 miliar itu bukan karena ingin punya mobil tersebut. Namun, dia hanya ingin menunjukka­n bahwa perkem- bangan mobil listrik di negara lain sudah sedemikian maju. Selain itu, dia membeli mobil listrik tersebut untuk menjawab ucapan salah seorang penegak hukum yang mengatakan bahwa mobil listrik itu tidak ada alias omong kosong.

Menurut Dahlan, lima tahun silam, Amerika, negara-negara di Eropa, dan Tiongkok baru memulai mobil listrik. Jepang baru pada tahap mobil hybrid. Saat itu Dahlan ingin Indonesia memulai mobil listrik karena tidak mungkin mengejar ketertingg­alan industri mobil konvension­al.

”Sekarang ibarat lari maraton Jakarta–Surabaya, Amerika sudah sampai di Cirebon. Kita masih bisa mengejar. Kalau tidak, ya nasib kita hanya menjadi konsumen,” tegas Dahlan.

Dalam kesempatan itu, Yaqut mendapat kehormatan mencoba mobil listrik Tesla tipe S milik Dahlan berkelilin­g kawasan Ketintang, Surabaya. Sekitar 15 menit Yaqut mengendara­i mobil berdaya 35 kw itu.

” Tadi kami berharap tersesat dan tidak kembali ke sini,” kelakar Adung Abdul Rocman, sekjen PP GP Ansor, setelah mendamping­i Yaqut mencoba Tesla.

 ?? GHOFUUR EKA/JAWA POS ?? DUKUNGAN MORAL: Ketua Umum GP Ansor Yaqut Cholil Qoumas (berdiri, enam dari kanan) bersama rombongan Ansor berkunjung ke rumah Dahlan Iskan di Ketintang, Surabaya, kemarin.
GHOFUUR EKA/JAWA POS DUKUNGAN MORAL: Ketua Umum GP Ansor Yaqut Cholil Qoumas (berdiri, enam dari kanan) bersama rombongan Ansor berkunjung ke rumah Dahlan Iskan di Ketintang, Surabaya, kemarin.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia