Belajar Ilmu Falak Pungkasi LDK
SURABAYA – Ilmu astronomi mempunyai tempat penting dalam kehidupan umat Islam. Dalam beberapa aktivitas ibadah, ilmu astronomi ikut andil dalam pengambilan keputusan. Misalnya, menentukan awal puasa, waktu Lebaran, hingga ketepatan arah kiblat salat. Universitas Muhammadiyah mendorong mahasiswanya memahami ilmu astronomi atau dalam Islam disebut ilmu falak.
Kemarin (2/6) dorongan itu diwujudkan dalam pameran karya mahasiswa yang bertema astronomi. Kegiatan tersebut merupakan tugas akhir latihan dasar kepemimpinan (LDK) mahasiswa semester II Prodi Hukum Keluarga Islam Universitas Muhammadiyah (UM). Ada simulator siklus bulan dan teropong sederhana yang ditampilkan.
Salah satunya ditampilkan kelompok 6. Mereka membuat alat peraga yang menunjukkan fase bulan dilihat dari luar angkasa dan penampakannya di bumi. Styrofoam berbentuk persegi berukuran hampir 1 x 1 meter menjadi latar berwarna hitam. Di atasnya ditancapkan botolbotol bekas sebagai penyangga. Bentuk bulan dan bumi divisualisasikan dengan bola pingpong dan bola sepak bola. ”Pembuatannya butuh satu malam,” ujar Fahmi Reza, pembina kelompok 6.
Agar lebih jelas, bola pingpong sebagai perwujudan bulan dicat dua warna. Putih untuk bagian yang terkena cahaya matahari. Sisi sebelahnya berwarna hitam untuk menunjukkan bagian yang menghadap bumi dan tidak terkena cahaya matahari.
Jika dilihat dari luar angkasa, bentuk bulan sama. Yakni, bulat. Tapi, jika dilihat dari bumi, akan berbeda-beda sesuai fasenya. Total ada 12 fase bulan. Mulai bulan baru yang terlihat seperti garis tipis hingga bulan purnama. ”Fase bulan terjadi selama satu bulan,” imbuh mahasiswa semester IV prodi hukum keluarga Islam itu.
Bukan hanya alat peraga dalam bentuk 3D yang ditampilkan. Para mahasiswa itu juga membuat simulator fase bulan sederhana. Bentuknya mirip tabung yang dilubangi kecilkecil di permukaannya. Di dekat lubang ada keterangan jenis fase bulan. Untuk melihat fase bulan, penonton mengintip isi tabung dari lubang kecil.
Di dalam tabung, ada bola pingpong sebagai penampakan bulan. Seluruh permukaannya dilapisi aluminium foil. Tak lupa, di dalam tabung itu juga dipasang lampu LED yang bertugas sebagai pengganti cahaya matahari. Untuk menyalakannya, ada baterai dan resistor sebagai sumber energi listrik.
Anggota SAC Galuh Purwasih menjelaskan, fase bulan berbeda dengan gerhana. Fase bulan terjadi secara rutin setiap bulan. Untuk gerhana, waktunya tidak menentu. Durasinya pun lebih singkat, hanya dalam hitungan jam. ”Inilah yang orang sering salah membedakan,” tuturnya.
Ketua Prodi Hukum Keluarga Islam UM Surabaya Gandung Fajar Panjalu menuturkan, kegiatan tersebut bekerja sama dengan komunitas Surabaya Astronomic Club (SAC). Karya mahasiswa yang sudah ditampilkan kemarin rencananya dikumpulkan ke SAC. ”Kami mendorong mahasiswa untuk mengikuti kegiatan yang berhubungan dengan ilmu falak,” terangnya.
Menurut Gandung, selama ini UM memiliki tim yang bergerak di bidang ilmu falak. Setiap sebelum puasa, Lebaran, dan Idul Adha, mereka melakukan hisab. Tim melakukannya di wilayah kampus hingga terjun ke lapangan.
Saat ini UM memiliki beberapa teropong yang bisa digunakan untuk melihat perkembangan astronomi. Ada teropong yang berasal dari penyediaan mandiri. Sebagian lagi berasal dari kerja sama antara UM dan SAC. Karena itu, mereka selalu siap untuk melakukan hisab. (ant/c6/nda)