Hasilkan Kompos Organik Terbaik
BELUM banyak TPST yang bisa melakukan pengomposan skala besar. Berdasar data Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Sidoarjo, di antara 80 TPST, hanya empat sarana yang sudah memaksimalkan sampah basah menjadi kompos organik. Hasil kompos terbaik masih dipegang TPST Bumi Lestari Keboansikep.
Pengomposan di TPST Keboansikep menggunakan sistem open windrow. Itu merupakan teknik pengomposan yang dilakukan di ruang terbuka. Tanpa perlu beragam alat modern yang rumit. Sistem tersebut terlihat dari rongga udara dari bambu yang ditata berjajar dengan mesin pencacah. ”Jadi, lubang-lubang udara tersebut membuat sampah organik terjaga kelembapannya,” jelas Siti Muslihah, anggota Tim Sosialisasi DLHK, kemarin (2/6).
Untuk menghasilkan kompos yang bagus, TPST tersebut me- miliki beberapa cara. Yakni, mencacah halus 25–30 kilogram sampah basah yang dikumpulkan setiap hari. Selain itu, sampah harus rutin dibolak-balik agar suhunya merata.
Misalnya, yang dilakukan Sahkur dan Slamet kemarin. Keduanya sibuk menyeroki sampah yang akan dijadikan kompos. Bagian bawah dibawa ke atas hingga asap panas mengepul. ”Kalau seperti ini, suhunya bisa sampai 60 derajat (Celsius, Red),” terang Slamet, petugas lainnya.
Kompos baru siap dipakai jika suhunya sudah turun sekitar 20 derajat Celcius. ”Butuh 30 hari untuk proses pengomposan,” lanjutnya.
Koordinator Pemilah TPST Bumi Lestari Keboansikep Mohammad Sahkur menambahkan, ada beberapa bahan yang ditambahkan untuk mendapatkan kompos yang bagus. Salah satunya sisa daun teh. Kebetulan, TPST Bumi Lestari mengelola sampah pabrik minuman teh.
”Sisa daun teh olahan itu dibuang ke sini. Wangi teh juga menyerap bau sampah,” katanya. ”Dan waktu dicampur dengan sampah basah, hasil komposnya lebih bagus,” lanjutnya.
Selain memanfaatkan sisa daun teh, kata Sakhur, pemberian cairan micro organism local (MOL) menjadi faktor penyempurna. Setiap bulan Sahkur dan kawankawan mengolah sekitar 800 kilogram sampah basah menjadi kompos organik.
Dari kompos yang dihasilkan, TPST Bumi Lestari Keboansikep bisa meraup Rp 500 ribu setiap bulan. Dana yang terkumpul itu menjadi kas operasional TPST. (via/c21/ai)