Terus Awasi sampai Lebaran
Sidak dipimpin langsung oleh Kepala BBPOM di Surabaya Hardaningsih dan Kapolsek Semampir Kompol I Ketut Madia. Total, ada 25 sampel yang dibeli petugas.
Seluruh sampel itu diuji di laboratorium. Mobil laboratorium keliling memang tersedia di lapangan. Sekitar 15 menit, hasil uji sampel tersebut sudah diketahui. ”Pedagang akan kami beri tahu hasilnya. Kami juga memberikan solusi tentang bahan kimia lain yang fungsinya sama namun aman,” kata Hardaningsih.
Hardaningsih mengkhawatirkan kandungan boraks. Orang awam sering menyebutnya dengan bleng. Nama lainnya adalah pijer, cetitet, atau obat puli. Obat tersebut biasanya terdapat pada kerupuk gendar (kerupuk dari nasi).
”Hampir tidak bisa dihindari. Di tiap tempat, ada saja penemuan makanan dengan kandungan bleng,” ujarnya. Kali ini boraks juga ditemukan pada kolangkaling. Kolang-kaling bertekstur lebih kenyal.
Pemeriksaan sentra takjil tidak hanya dilakukan di Ampel. Ada beberapa tempat di Surabaya yang diperiksa. Pedagangnya pun diedukasi. Bahkan, pengawasan tersebut dilakukan ke seluruh Jawa Timur secara bergantian.
”Pedagang senang karena makanannya sudah diuji. Lagi pula, sampel yang dibawa itu kami beli,” tutur Hardaningsih soal respons pedagang. Karena itu, Ramadan tahun ini BBPOM di Surabaya akan tetap melakukan uji lab keliling ke seluruh Jawa Timur.
BBPOM juga melakukan pengawasan terhadap makanan dan minuman kemasan. Pengawasan tersebut dilakukan di pusat penjualan dan gudang. Sasaran pemeriksaan BBPOM adalah makanan dan minuman dengan kemasan yang rusak serta kedaluwarsa.
”Kami juga mencari makanan tanpa izin edar ( TIE),” ujar Hardaningsih. Barang TIE, menurut dia, perlu diamankan karena belum ada pengawasan dari segi mutu. Dikhawatirkan, mengonsumsi makanan atau minuman TIE akan menimbulkan dampak buruk bagi tubuh.
Hardaningsih menargetkan, minimal 130 sentra makanan diawasi selama Ramadan. Bahkan, pengawasan itu dilakukan sejak sebelum bulan puasa. ”Bisa jadi kami melakukannya sampai Lebaran,” ucapnya. (lyn/c11/dos)