Jawa Pos

Penyakit yang Sering Dikira Stroke

Kerap Terjadi pada Lansia

- DUA VERSI: Gaun pengantin tema internasio­nal dan tradisiona­l yang dikenakan Anastasia Dotsenko (kiri) dan Nicole Ellianne Risakotta.

SURABAYA – Menurut data yang dimiliki Pemerintah Kota Surabaya, angka harapan hidup (AHH) masyarakat Kota Pahlawan meningkat. Bayi yang lahir menjelang 2014 memiliki AHH 74 tahun.

Namun, hal tersebut harus dibarengi dengan peningkata­n sarana kesehatan untuk lansia. Sebab, ada data dari RSUD dr Soetomo yang menyebutka­n peningkata­n penyakit subdural hema

toma pada lansia. Penyakit itu merupakan pendarahan di area otak ( arachnoid dan meningeal) yang disebabkan benturan maupun non benturan.

”Pada lansia, biasanya termasuk golongan kronis yang terjadi, tidak selalu dengan benturan,” ucap ahli bedah saraf RS Unair dr Tedy Apriawan SpBS. Di RSUD dr Soetomo, selama 2015–2017 tercatat 252 kasus subdural hematoma. Sebanyak 52 kasus tergolong akut dan dialami mereka yang berusia 45 tahun ke atas.

Malangnya, penyakit tersebut, menurut Tedy, selama tiga hingga enam bulan tidak menunjukka­n gejala. Namun, setelah itu, si penderita bisa mengalami pusing tak berkesudah­an. Rasa pusing tersebut terjadi karena ada tekanan dalam otak. ”Rasa pusingnya itu

cekot-cekot,” ujarnya. Tak berhenti di rasa pusing, bisa jadi penderita akan mengalami lumpuh separo. Biasanya sering dikira pasien mengalami stroke. Namun, setelah dilakukan pemeriksaa­n, ada darah yang memenuhi kepala. Kelumpuhan tersebut disebabkan kerusakan pada beberapa bagian otak.

Kebanyakan subdural hematoma kronis memang dialami lansia. Sebab, semakin tua, otak manusia semakin kecil. Dengan volume yang kecil itu, rawan sekali pembuluh darah pecah.

Ada beberapa faktor yang menyebabka­n otak seseorang mengecil. Yang pertama adalah kualitas gizi yang dikonsumsi. Kedua, jarang berolahrag­a. ”Stres waktu muda ternyata bisa menyebabka­n volume otak semakin cepat mengecil,” katanya. Penyebab lain adalah darah yang tidak mudah beku. Biasanya, hal itu dialami pasien yang mengonsums­i obat pengencer darah. ”Hampir seluruh obat pengencer darah memiliki risiko tersebut,” jelas alumnus Unair itu. (lyn/ c11/jan)

 ??  ?? GENANGAN DARAH: Dokter bedah saraf RS Unair dr Tedy Apriawan SpBS memperliha­tkan hasil CT scan otak lansia yang terkena subdural hematoma. FERLYNDA/JAWA POS
GENANGAN DARAH: Dokter bedah saraf RS Unair dr Tedy Apriawan SpBS memperliha­tkan hasil CT scan otak lansia yang terkena subdural hematoma. FERLYNDA/JAWA POS

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia