SESAK NAPAS DAHAK BERLEBIH
Kenali Gejala Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD)
Waspada jika Anda perokok mengalami sesak napas disertai dahak yang berlebihan. Bisa jadi, kondisi itu gejala chronic obstructive
pulmonary disease (COPD) atau penyakit paru obstruktif kronis (PPOK). Berdasar riset kesehatan dasar (riskesdas), sekitar 4,5 persen penduduk Indonesia menderita COPD.
PULMONOLOGIST Siloam Hospitals Asri Prof dr Hadiarto Mangunnegoro SpP(K) menyatakan, setiap manusia memiliki saluran napas berwarna kemerahan yang berlendir. Dalam kondisi normal, mekanisme untuk mengeluarkan lendir tersebut dilakukan silia (bulu getar) saluran pernapasan yang dengan sendirinya akan mendorong lendir untuk ditelan.
Namun, pada orang yang pola hidupnya tidak sehat atau perokok, produksi lendir cenderung berlebihan. Untuk mengeluarkan lendirnya, tidak cukup dengan silia, tetapi harus batuk. Hal itu berlangsung terusmenerus sehingga lama-kelamaan terjadi peradangan atau bengkak pada saluran na- pas atau disebut inflamasi. ’’Prosesnya bisa belasan hingga puluhan tahun,’’ ujarnya.
Peradangan tersebut menjadikan saluran napas menyempit sehingga otomatis terjadi sesak napas. Penyempitan saluran napas itu mengakibatkan penurunan fungsi paru-paru yang biasanya disebut chronic airways
obstruction (CAO) atau hambatan pada jalan nafas akibat penyempitan saluran nafas kronik. CAO merupakan tanda-tanda yang utama dari chronic obstructive pulmonary
disease (COPD). ’’Semakin lama saluran napasnya akan makin menyempit,’’ tuturnya.
COPD merupakan risiko utama perokok. Sebab, berdasarkan riset, sekitar 8 dari 10 pasien COPD adalah perokok atau pernah aktif mengonsumsi rokok. Penyakit tersebut umumnya jarang disadari pasien. Mereka baru datang ke rumah sakit ketika fungsi paru-parunya sudah di bawah 70 persen. Bahkan, ada pasien yang baru terdekteksi COPD saat fungsi paru-parunya tinggal 30 persen.
COPD yang tidak disadari dan terus dibiarkan lama-kelamaan membuat pasien mudah terkena infeksi. Misalnya, gampang terpapar virus influenza. Parahnya, sakit flu akan semakin membuat saluran pernapasan meradang sehingga batuk dan dahak kian bertambah. ’’Itu gejala ekseserbasi (kondisi akut). Gejalanya batuk, demam, dan dahak bertambah banyak serta berwarna kuning atau hijau,’’ ungkap Prof Hadi.
Pasien COPD umumnya di atas usia 50 tahun atau rata-rata 60 tahun. Pengobatan pertama yang disarankan adalah berhenti merokok. Kemudian, dibantu obat untuk melebarkan saluran napas. ’’Dianjurkan untuk menghindari polusi, asap rokok, mengurangi aktivitas, tidak boleh terlalu capek, tidak stres, serta menjalankan pola hidup yang sehat,’’ ucapnya.
Dokter akan memberikan vaksin untuk virus influenza dan pneumonia (infeksi paru) agar pasien tidak mudah kambuh. Sebab, jika sering kambuh, fungsi paruparunya akan semakin menurun. ’’Obatobatan hanya untuk mengurangi sumbatan, gejala, dan keluhan. Tapi, pengobatan COPD itu yang penting bagaimana pasien bisa meningkatkan kualitas hidupnya,’’ jelas dr Hadi.
Kondisi pasien yang kadar oksigen dalam darahnya di bawah 90 persen bisa dibantu tabung oksigen untuk melegakan saluran pernapasan. Namun, kondisi yang lebih parah lagi seperti fungsi paru-paru 20 persen harus dibantu mesin pernapasan.
Pada umumnya, lanjut dr Hadi, sekitar 80–90 persen penderita COPD adalah kaum pria. Sebab, perokok rata-rata adalah pria. Namun, perempuan tidak tertutup kemungkinan terkena penyakit tersebut. ’’Pada perempuan bisa jadi bukan karena rokok, tapi akibat terpapar asap kompor, khususnya tungku kayu. Polusi udara juga bisa menjadi penyebab COPD,’’ jelasnya.