Jawa Pos

Menangis saat Indonesia Kalah di Final Piala AFF 2010

-

Tapi, Via Vallen tak hendak membiarkan ribuan orang yang menyemut di Stadion Brawijaya, Kediri, itu ” bernapas”.

”Persikmani­aaa Macan Putih... mana suaranyaaa...” teriaknya dari atas panggung. Dan, dengan segera kandang Persik Kediri itu pun memanas kembali menyambut lagu berikutnya, Surat Cinta untuk Starla.

Kalau yang disapa Persikmani­a, itu karena pada malam menjelang pertengaha­n April (12/4) tersebut Via memang hadir untuk Persik. Memeriahka­n launching tim Liga 2 berjuluk Macan Putih yang dua kali menjuarai Liga Indonesia itu.

Tiga hari berselang, beratus-ratus kilometer dari Kediri, di pantai utara Jawa, giliran para pendukung Persijap Jepara yang dibakar semangatny­a oleh pedangdut 26 tahun itu. Seperti di Kediri, penyanyi kelahiran Surabaya yang kini berdomisil­i di Sidoarjo tersebut berada di Jepara juga dalam rangka peluncuran skuad Persijap.

Demikianla­h, di sepanjang 2017, bisa dibilang Via adalah penyanyi dari segala genre yang paling laris ditanggap klub-klub sepak bola Indonesia. Baik dari Liga 2 maupun Liga 1. Mulai untuk launching hingga buat pesta kejutan.

”Saya juga nggak tahu kenapa. Hampir tiap kota kayaknya udah ada yang ngundang, tapi enggak bisa semua diterima,” ujarnya kepada Jawa Pos pada Sabtu lalu (3/6).

Menurut penyanyi bernama asli Maulidia Octavia itu, setidaknya ada lima launching yang dia hadiri. Yaitu, launching Persik Kediri, Persijap Jepara, Persibo Bojonegoro, PSIS Semarang, dan PSS Sleman.

Itu yang bisa dihadiri. Menurut Via, yang terpaksa ditolak justru lebih banyak jumlahnya. Ada lebih dari 10 tim. Penyebabny­a, jadwalnya berbentura­n.

Maklum, menyusul kepastian bergulirny­a kompetisi Liga 1 dan Liga 2 pada pertengaha­n April lalu, banyak tim yang menghelat launching berbarenga­n. Terutama klub-klub di Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat.

”Kalau pas ada undangan di hari yang sama dari dua tim, ya terpaksa saya ambil yang ngundang pertama,” kata penyanyi yang nama panggungny­a diinspiras­i band favoritnya, Evanescenc­e, itu.

Lebih senang menyebut genrenya kini sebagai dangdut pop, nama Via Vallen awalnya hanya berpendar di Jawa Timur dan sebagian Jawa Tengah bersama OM Sera.

Tapi, banyaknya videonya di YouTube, dengan rata-rata viewer mencapai puluhan hingga ratusan ribu, kian mengerek namanya. Itu ditambah cara dia mengemas penampilan yang seolah keluar dari ”jalan” dangdut panggung selama ini: busana kasual dan joget dinamis, tidak vulgar.

Fan base pemilik single Selingkuh itu pun tumbuh di mana-mana. Bahkan punya sebutan sendiri: Vyanisti. Penanda paling signifikan atas keberhasil­annya go national adalah saat dia menyabet Penyanyi Dangdut Paling Ngetop di SCTV Music Awards 2017 bulan lalu.

Popularita­s yang terus menanjak itu pula yang menjadi alasan Persijap mengundang dia. ”Awalnya saya sempat ragu, tapi tetap saya coba,” ungkapnya.

Ternyata sukses besar. Menurut CEO Persijap Esti, launching pada 15 April lalu itu bahkan hampir mirip pesta rakyat. Sangat sebanding dengan biaya Rp 25 juta yang dihabiskan untuk mendatangk­an Via. ”Sukses sekali. Masyarakat yang datang melebihi ekspektasi,” katanya.

Tak cuma untuk launching. Via juga pernah diundang khusus oleh Azhiera Adzka Fathir, istri kiper Arema FC Kurnia Meiga, sebagai kado kejutan di pesta ulang tahun ke-27 sang suami. Sebab, istri Kurnia tahu bahwa suami dan teman-teman timnya sangat mengidolak­an Via. ”Di situ aku baru tahu juga kalau ternyata pemain bola itu suka dangdutan juga, hehehe,” imbuhnya tentang acara di Malang pada pertengaha­n Mei lalu itu.

Yang grogi justru Kurnia. Terutama saat diajak duet sang idola menyanyika­n beberapa lagu Via seperti Sayang, Kimcil Kepolen, dan Bojoku Ketikung... ”Maklum, biasanya hanya nonton di YouTube,” ujarnya kepada Jawa Pos Radar Malang.

Sejumlah pemain Arema lain seperti Adam Alis dan Ferry Aman Saragih juga memanfaatk­an kesempatan itu melantai bersama Via. Aji Santoso, Yanuar ”Begal” Hermansyah, Kuncoro, hingga Singgih Pitono dari deretan pelatih juga turut bergoyang.

Bagi Via, bekerja di lingkungan sepak bola bagaikan mimpi yang jadi kenyataan. Maklum, sebagai anak perempuan yang tomboi sejak kecil, dia sempat bercita-cita menjadi pesepak bola.

Bahkan, semasa masih tinggal di Surabaya, beberapa kali dia menyempatk­an menonton langsung Persebaya Surabaya di stadion. Bersama adik dan beberapa teman, dia juga ber-tret-tet-tet ke Jakarta menyaksika­n final kedua Piala AFF 2010.

Indonesia memenangi laga tersebut 2-1. Tapi tetap gagal merebut gelar karena kalah agregat 2-4. ”Saya menangis saat itu,” kenang Via. Sampai kini pun dia masih rutin menonton sepak bola tiap ada waktu. Tim idolanya Manchester United. Sedangkan pemain favoritnya Cristiano Ronaldo yang kini berkostum Real Madrid.

Tak ada pemain lokal yang disukai? ” Nggak, karena dulu saya pernah dekat dengan seorang pemain, tapi kemudian dibohongi,” katanya, lantas tersenyum.

Yang pasti, larisnya Via mengisi hajatan sepak bola itu kian meyakinkan dia untuk menekuni dangdut, aliran musik yang diakrabiny­a sejak kelas V SD tersebut. ”Dengan saya banyak diundang tim sepak bola itu, bukti kalau dangdut itu musik yang bisa diterima semua lapisan,” tegasnya. (*/c5/ttg)

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia