Jawa Pos

Puji Surabaya sebagai Kota Potensial

-

Agustus nanti Australia membuka satu lagi konsulat di Surabaya.

”Perekonomi­an dan budaya menjadi fokus konsulat yang baru nanti,” kata Duta Besar Australia untuk Indonesia Paul Grigson saat menjamu buka bersama awak redaksi Jawa Pos di Graha Pena Surabaya kemarin (5/6). Rencananya, selain seorang konsul jenderal, Australia menempatka­n sekitar 12 staf diplomatik di konsulat terbarunya. Dengan demikian, segala hal terkait hubungan people-to-people alias antarmasya­rakat bisa diurus lebih cepat.

Grigson melihat Surabaya sebagai kota yang sangat potensial. Bukan hanya dari segi bisnis, Kota Pahlawan juga mitra potensial dalam bidang budaya dan pendidikan. ”Ada begitu banyak alumnus kampus-kampus Australia di kota ini. Kami ingin memperbany­ak jumlah mereka,” ungkap diplomat asal Kota Brisbane, Negara Bagian Queensland, itu.

Selama ini, menurut Grigson, penduduk Surabaya lebih mengenal Australia sebagai negara tujuan pendidikan. Buktinya, ada jauh lebih banyak mahasiswa ketimbang wisatawan dari Surabaya. ”Jumlahnya sekitar tiga banding satu,” ujar pria yang juga fasih berbahasa Prancis tersebut. Karena itu, permohonan visa terbanyak berasal dari kalangan pelajar. Yakni, visa studi.

”Dengan membuka konsulat di Surabaya, kami harap kunjungan wisatawan dari sini bisa lebih meningkat,” kata Grigson. Apalagi, visa Australia punya masa berlaku yang relatif panjang jika dibandingk­an dengan visa dari negara lain. Mulai 2016, visa kunjungan ke Australia untuk WNI berlaku sampai tiga tahun.

Bahkan, visa tersebut bersifat multiple entry. Artinya, pemegang visa bisa bebas keluar masuk Australia selama masa berlaku visanya belum habis. Angky Septiana, manajer media dan komunikasi strategis Kedubes Australia, menyatakan bahwa visa itu menjadi tiket untuk tinggal selama maksimal tiga bulan dalam satu kali kunjungan. ”Setelah itu, pemegang visa harus pulang. Tapi, dia bisa kembali lagi nanti,” ujarnya.

Selain visa reguler yang masa berlakunya sampai tiga tahun, Australia punya jenis visa pembinaan liburan kerja. Berbekal visa itu, wisatawan tidak sekadar bisa liburan di Australia, tapi juga bekerja. ” Visa tersebut berlaku 12 bulan. Dalam durasi itu, pemegang visa boleh sambil bekerja di Australia,” kata Grigson. Tapi, jenis visa tersebut khusus diberikan kepada mereka yang berusia di bawah 35 tahun.

Angky menambahka­n, saat ini Laura Angelia, food blogger asal Surabaya, sedang menikmati liburan di Australia dengan jenis visa pembinaan liburan kerja tersebut. ”Di sela liburannya, dia bisa sambil bekerja sesuai bidangnya. Dan itu legal,” ucapnya. Melibatkan blogger menjadi cara baru Kedubes Australia dalam mempromosi­kan wisata mereka di era media sosial seperti sekarang.

Akhir tahun nanti masyarakat Surabaya bisa mengajukan visa secara online. Dengan demikian, para pemohon tidak perlu pergi ke mana-mana. Tidak ke Konsulat Surabaya atau Kedubes Australia. Bahkan, mereka tidak perlu meninggalk­an rumah. ”Semuanya akan menjadi jauh lebih praktis. Hemat dan efisien. Itu tidak hanya membuat pemohon senang, tapi kami juga,” papar Grigson.

Namun, pembuatan visa online tidak diterapkan di semua negara yang punya hubungan diplomatik dengan Australia. Grigson mengatakan, Indonesia merupakan salah satu negara yang moderat. Dengan begitu, pembuatan visa secara online tidak akan menimbulka­n masalah serius. Terutama di bidang keamanan. Sebab, tidak akan ada wawancara langsung dalam proses online. (hep/c10/any)

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia