Jawa Pos

Indonesia Defisit 17 Ribu Profesor

Dorong Dosen S-3 Jadi Guru Besar

-

JAKARTA – Kebutuhan dosen bergelar guru besar ( profesor) di Indonesia mencapai 22 ribu orang. Tapi, jumlah profesor yang tersedia saat ini baru 5.389. Dengan demikian, Indonesia defisit atau kekurangan 17 ribu profesor.

Dirjen Sumber Daya Iptek-Dikti Kemenriste­kdikti Ali Ghufron Mukti menjelaska­n, beragam cara dilakukan pemerintah untuk mendongkra­k jumlah profesor. Di antaranya dengan mengubah total skema dari manual menjadi online. ”Sehingga pengajuan guru besar yang semula dua sampai enam tahun kini tinggal dua bulan,” katanya di Jakarta kemarin (5/6).

Mantan wakil menteri kesehatan itu menambahka­n, pada 2015 jumlah guru besar di Indonesia mencapai 4.600-an orang. Kemudian, setelah dilakukan perubahan birokrasi pengusulan guru besar, dalam dua tahun jumlahnya bertambah menjadi 5.389 orang. Dia berharap ke depan ada percepatan penambahan jumlah profesor.

Ghufron menerangka­n, jumlah program studi (prodi) saat ini sekitar 22 ribu. Idealnya, jumlah profesor sebanding dengan jumlah prodi. Menurut dia, menjadi guru besar memang tidak mudah. Meskipun dari aspek birokrasi sudah dimudahkan, jumlah profesor tak lantas bisa bertambah.

Untuk menjadi profesor, dibutuhkan dorongan dari diri sendiri. Antara lain dorongan melakukan penelitian dan publikasi ilmiah internasio­nal. ”Kemenriste­kdikti sudah mengeluark­an regulasi untuk mendorong para dosen lektor kepala agar meneliti. Supaya bisa menjadi bekal untuk pengusulan jadi guru besar,” ungkapnya.

Wakil Ketua Asosiasi Profesor Indonesia (API) Fasli Djalal menyatakan, secara makro jumlah profesor idealnya 10 persen dari jumlah dosen. Jadi, dengan jumlah dosen 260 ribu orang, guru besar idealnya 26 ribu.

Ada beberapa cara untuk mendongkra­k jumlah guru besar di Indonesia. Antara lain mendo rong dosen- dosen yang sudah bergelar doktor menjadi guru besar. Jumlah dosen bergelar doktor saat ini sudah mencapai 25 ribu orang. ”Separo saja bisa menjadi guru besar, itu lumayan menambah angka nasional,” tuturnya.

Mendorong dosen bergelar doktor menjadi profesor tidak cukup dilakukan dengan imbauan atau surat perintah. Dibutuhkan juga dukungan anggaran riset dari pemerintah. Sebab, untuk menjadi profesor, dibutuhkan penelitian yang kompetitif. Fasli berharap semakin banyak penelitian di sektor ekonomi sehingga berkontrib­usi dalam pembanguna­n Indonesia. (wan/c9/oki)

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia