Jawa Pos

Indikasi Berhasilny­a Pembinaan

-

DITINGGAL pemain andalan ke level yang lebih tinggi bisa bermakna ganda bagi pelatih klub. Di satu sisi, pelatih bangga karena pemain binaan melangkah ke tahap berikutnya. Namun, di sisi lain, pelatih juga bingung untuk mencari pengganti.

Hal itulah yang dirasakan Yanto Imam, pelatih Al Rayyan. Bagaimana tidak, tujuh pemainnya keluar karena membela klub Liga 3. Lima pemain pindah ke PS Kota Pahlawan, satu pemain bergabung dengan PSPK Pasuruan, dan satu lagi membela Perseden Denpasar.

” Justru itu keberhasil­an kami. Itu harus disyukuri. Hak pemain untuk bisa mendapat kesempatan berkompeti­si di level yang lebih tinggi. Mereka masih muda dan harus mau berkembang,” kata pria yang akrab disapa Japok tersebut.

Japok tak mau ambil pusing. Sebab, saat ini KKAP sedang jeda. Putaran II KKAP baru digelar setelah Lebaran nanti. Karena itu, dia mulai mempersiap­kannya dengan tetap mengadakan latihan rutin selama Ramadan. Dia juga mulai menemukan gambaran tentang beberapa pemain muda Al Rayyan yang lahir setelah 2000 untuk didaftarka­n di putaran II.

”Kalau para pemain mau kembali (ke Al Rayyan, Red), tidak apa-apa. Tapi, itu tidak saya sarankan. Saya sudah berbicara dengan Abah ( Choesnoel Farid, pemilik Al Rayyan, Red). Ya, memang ini tujuan kami, pembinaan,” imbuh mantan pemain Pusri Palembang, Gelora Dewata, dan Persik Kediri tersebut.

Hal yang sama diutarakan pelatih Indonesia Muda Seger Sutrisno. Setidaknya dia kehilangan tiga pemain yang memutuskan untuk merumput di PS Kota Pahlawan. Menurut dia, itu adalah jalan mereka untuk bisa menuju jenjang profesiona­l. ” Saya dulu pernah seperti mereka. Itu adalah hal yang biasa jika pemain klub internal diminati klub yang ber kompetisi di level yang lebih tinggi. Memang tugas pelatih adalah mencetak generasi pemain sepak bola baru,” ungkap mantan gelandang serang Persebaya Surabaya itu. (dit/c11/tom)

 ??  ??

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia